Pacar Ketinggalan Kereta..

Bukan, ini bukan tentang filmya Ongky Alexander dan Nurul Arifin kok, cuma judulnya saja yang rada mirip sama ceritanya suamik. Dengan kata lain, nggak ada ide mau kasih judul apa.

***

Beberapa hari yang lalu, Suamik dinas ke Yogyakarta. Dan pada hari kepulangannya ke Jakarta, Suamik dan Andri, salah satu rekan kerjanya, mengambil penerbangan pagi. Tepatnya, pukul 07.15 WIB.

Kalau penerbangan pagi dari Jakarta, kita harus selalu berangkat minimal 2 jam sebelumnya kan? Lewat dari itu, dengan kondisi jalanan yang tidak bisa diprediksi, bersiap-siaplah menempuh kemacetan dengan jantung dag dig dug dor. Jadi daripada terburu-buru, suamik yang time managementnya lebih mendingan dibanding gue, memutuskan untuk berangkat pagi-pagi buta. Saking butanya, ayam belum kelar tereak-tereak menyenandungkan lagu kukuruyuk, suamik dan rekannya sudah dalam perjalanan menuju bandara.

Ternyata kalau di Yogya, tidak sampai 15 menit perjalanan, mereka sudah sampai di bandara. Enak banget ya..

***

Baru saja duduk, bapak-bapak ini mendapati kabar bahwa penerbangan mereka akan mengalami sedikit keterlambatan. Ah, delay lagi.. cerita lama ituu..

Karena waktunya masih lama, mereka masih bisa ngobrol santai sambil menunggu kedatangan pesawat..

Suamik   : ” Iya Ndri, jadi satu ditambah satu itu sama dengan dua..”
Andri      : ” Oh gitu ya pak, saya pikir satu ditambah satu sama dengan dua..”
Suamik   : ” Iya, padahal sebenarnya satu ditambah satu sama dengan dua, kan ya?”

*seperti biasa, si penulis sedang setres dengan percakapan virtual ini* 

Nggak deeeng, yang bener ini kok salah satu isi obrolan mereka..

Andri     : ” Pak, anak-anak minta dibeliin bakpia sama batik nih.. Batiknya harus difoto dulu lagi, duh..”
Suamik  : ” Yaudah, cari aja, kan masih banyak waktu..”
Andri     : ” Ribet, ah pak.. Saya jawab aja udah nggak keburu waktu.. Sudah kepepet waktu mau boarding.”

… Dasar bapak-bapak.. 

Pukul 07.15

Suamik dan Andri masih asyik ngobrol ketika mereka mendengar ada pemberitahuan..

Pengumuman : ” Panggilan untuk bapak Muhammad Affandi.. Penumpang pesawat Garuda tujuan Jakarta, dipersilakan segera naik ke pesawat udara melalui pintu nomor 5..”
Suamik   : ” Eh, nama lo Andri Muhammad Affandi kan? ”
Andri       : ” Iya pak, itu nama saya. Ada apa pak?”
Suamik   : ” Namanya samaan tuh..”
Andri       : ” Eh iya ya pak.. Hahahaha..”
Suamik   : ” Hahahaha”..
Pengumuman : ” Panggilan kepada bapak Rahmadian, penumpang pesawat udara Garuda tujuan Jakarta, dipersilakan segera naik ke pesawat udara melalui pintu nomor 5..”
Andri       : ” Eh, yang itu namanya juga sama ama Bapak.. ”
SUamik   : ” Iyaa, samaaa.. Rahmad, Rahmad apa itu tadi? Bisa samaan gitu hahahhahaa”
Andri        : ” HAHAHAHHAHA”

Tentunya mereka tidak sadar bahwa sebenarnya nama merekalah yang dipanggil. Pun di pengumuman yang disebutkan hanya nama belakang, bukan nama lengkap..

Beberapa menit kemudian, kembali terdengar pemberitahuan panggilan penumpang..

Eh? Siapa itu tadi?

Pengumuman : Panggilan, panggilan kepada bapak Muhammad Affandi, Bapak Muhammad Affandi dan Bapak Rahmadian.. Penumpang pesawat Garuda tujuan Jakarta, dipersilakan segera naik ke pesawat udara..”
Suamik   : ” Nah, nah tuh Ndri, denger nggak? Namanya samaan lagi sama lo..”
Andri      : ” Hahahahha, kok bisa ya, Pak.. ”
*sayup-sayup masih terdengar suara pengumuman yang memanggil dua orang penumpang pesawat tersebut*

Andri      : ” Pak, orang yang namanya sama ama Bapak, juga masih dipanggil tuh..”
Suamik   : ” HahahAHHAHAHahaha kacau. Kasihan ya, alamat ketinggalan pesawatnya tuh.”
Andri      : ” Iya ya.. hahahHHAHAHhahahha..”

Entah sudah berapa lama waktu berlalu hingga terdengar suara mbak-mbak yang mulai bosan memberikan pengumuman dengan nama penumpang yang sama. Penumpang yang tak kunjung kelihatan penampakannya..

Pengumuman ketiga : ” Perhatiaaaaan.. Perhaatiaaann.. Panggilan terakhir. Panggilan terakhir kepada bapak Muhammad Affandi dan Bapak Rahmadian.. Penumpang pesawat Garuda tujuan Jakarta untuk segera memasuki pesawat.. Panggilan terakhir bagi penumpang Bapak Rahmadian dan bapak Muhammad Affandi..”
Suamik   : ” Iya, memang seharusnya tuh satu ditambah saHAAAANJIIIRR, NDRI! ITU NAMA KITA, LAGI..” *akhirnya sadar juga, Ya Tuhan* 
Andri      : *loncat dari kursi* ” EH.. EH PAAK.. IYAA.. DARI TADI ITU NAMA KITA PAK!!..”

Dua pria ini langsung terbirit-birit mengambil langkah sembilan ratus lima puluh .. alias langkah seribu-tapi-masih-ada-kembalian.

Sambil berlari-lari dan terengah-engah suamik mendapat telpon dari kantor..

Telpon dari kantor : *panik* ‘PAAAK.. PAAK, BOARDING PAAK.. ITU PESAWATNYA SUDAH MAU TERBANG!”
Suamik  : ” IYAAA.. IYAAA.. INI LAGI LARIII!!!”

Untungnya mereka masih bisa masuk ke dalam pesawat sebelum benar-benar ditinggal take off. Begitu menjejakkan diri di kursi, suamik nyeletuk ke Andri

” Hhhh… hhh.. Ini kenapa kita berdua…hhh..hhh.. jadi tolol banget sih? Hhhh.. hhhh.. udah nunggu lama, tetep aja telat. Lagi yang dipanggil cuma nama belakang sih ya?”
Si Andri yang nafasnya juga tinggal senin-kamis cuma bisa menjawab ” Hhhh hhh.. Iya pak, saya kena karma nih pak. Hhhh.. Hhhh.. Soalnya nggak mau beliin oleh-oleh anak-anak nii..”

Gue?

Oh suamiiikuuu, sebenernya kamu makannya apa sih? Kebanyakan mecin apa ya?