Film Silenced (2011) dan kenapa aku jadi suka Gong Yoo..

Pernahkan teman-teman mempunyai list film yang bagus untuk ditonton.. tapi sampai sekarang masih belum berani menontonnya?

Gue ada.

Dan salah satunya adalah film ini.

Silenced (2011)

Hanya dengan melihat trailer dan membaca kisah yang ada di balik film ini saja sudah membuat gue tercenung, tak percaya, marah dan .. sedih luar biasa.

Lebay yak.. Tapi memang begitulah kenyataannya.

Ingin tahu apa alasannya? Di postingan inilah Mamah Dewik akan bercerita..

***

Saat ini gue sedang terpaku nonton Goblin.. Goblin? Itu yang layanan aplikasi ojek? (itu GoBox), atau itu kata-kata yang sering diucapkan para netizen di kolom-kolom perang komen Pilkada? (itu Gobl.. ah yasudahlah)

Tentu saja Goblin ini drama korea.

Eh, gue bersyukur loh bisa berada di waktu yang sama dengan masa penayangan Goblin… SOALNYA BAGUSS BANGETTT, JENG SRIII!!..

Gue selalu picky untuk pilihan menonton drama korea atau menyukai aktor-aktornya.. Nggak semuanya sempat gue tonton, too much drama, too little time yunauu. Tapi jika sekalinya suka, biasanya gue akan fokus stalking semua informasi di balik layarnya.

Dan tentu salah satu yang gue pantengin adalah sang pemeran Goblin, Gong Yoo. Tapi apakah karena Goblin maka gue jadi kepincut dengan mas Gong Yoo?

Salah.

Gue mengagumi beliau setelah mengetahui perannya di balik layar pembuatan film Silenced ini.

***

Sebelum menyaksikan Train to Busan, gue tetap merasa dirinya mirip Shah Rukh Khan. Ya gitu deh, just another aktor Korea Selatan sana.. Katanya sih, dia banyak dipuji atas etos kerjanya tinggi, total dalam berakting baik itu adegan laga maupun berani melakukan adegan sex scene.. Pokoknya aktor yang sangat ciamik dah.. Mmmmmmkaaayyy..

Tapi, tetep biasa-biasa aja ah.. Gak suka-suka amat..

Soalnya, duluuuuu… gue selalu merasa, mas ini terlalu overated dengan abs-nya yang memang mirip papan cetak roti sobek.. Akiyuh kan nda suka cowok-cowok yang terlalu bertelanjang dada *kalah montok, soalnya*..

Tapi, setelah melihatnya berakting lari-lari melawan zombie, pun dikomporin sama Imbi, mau nggak mau, gue jadi tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang dirinya..

Gue bertanya apa sih kelebihannya, perasaan, doi nggak ganteng-ganteng amat.. tapi kok bisa jadi salah satu a-list aktor di sana ya? Coba jelaskan ke mamah dewik cobaa..

Imbi pun bercerita panjang lebar. Salah satunya ketika Gong Yoo ini menjadi produser suatu film tentang guru pedophilia yang apa ya? yang itulah, gue lupa.. pokoknya bikin satu Korea heboh ~~entahlah, gue lupa bagaimana.~~.

Seperti biasa, informasi yang gue terima, masuk dari telinga kanan keluar telinga kanan lagi.. Loh kok nggak keluar telinga kiri? Batal, muter balik, doi. Alias nggak sempat kecerna memori, maksudnya..

***

Nah, pada suatu malam, sambil menghabiskan waktu menunggu episode Goblin terbaru, gue stalking semua berita tentang Gong Yoo..

Ternyata drama Coffe Prince bukan akting pertamanya yang gue lihat. Tiga belas tahun yang lalu, dia pernah main di salah satu film favorit gue, My Tutor Friend.. Ih film itu kan sudah berkali-kali gue tonton? Kok gue gak nyadar kalau ada dia?.. Bagaimana mau sadar, secara perannya di sana sebagai anak SMU antagonis yang aktingnya tengil banget..

Dan gue baru tahu, Gong Yoo ini sosok yang sangat menyenangkan sekali ya. Dari senyum-senyum sendiri sendiri melihat wawancaranya ketika mempromosikan filmnya, sampai ngakak kepuyuh-puyuh melihat aksinya di Running Man...

HIngga perhatian gue terpaku di wawancaranya yang ini..

Mungkin ini film yang diceritakan Imbi..

Walaupun gue suka dengan Korea, tapi gue tidak buta memujanya 100%. Gue masih waras kok. Gue yakin, di balik propaganda Korea dalam mempromosikan budaya dan negarannya, pasti selalu ada sisi gelapnya..

Nah, kaitannya dengan film Silenced ini akan gue jabarkan beberapa inti cerita film ini tanpa bermaksud spoiler. Gimana mau spoiler, wong sampai sekarang gue masih belum berani nonton.

Update : Akhirnya gue sudah memberanikan menonton film ini. Dan opini gue tidak berubah masih sama seperti yang gue tulis di bawah ini.  

• Film ini berkisah tentang perjuangan para korban peristiwa kriminal dalam mencari keadilan..
• Peristiwa kriminal ini terjadi di asrama sekolah berkebutuhan khusus..
• Tentang beberapa anak-anak tuna wicara dan tuna rungu yang mengalami kekerasan di asrama. Sembilan anak-anak dari rentang usia 7-20 tahun ini mengalami kekerasan fisik dan seksual yang dilakukan 6 guru termasuk kepala sekolah mereka selama periode 2000-2003.

Dan film ini diangkat dari kisah nyataa.

MAU MARAH NGGAK SIH LOO??

KOK BISA ADA ORANG-ORANG SEJAHAT ITUUU?!..

Hanya melihat trailernya saja gue sudah sedih.. Rasanya tuh pengen marah.. Tapi marah ke siapaaa?? Sudah terlalu banyak berita dan peritiwa negatif yang terjadi di sekitar kita, kenapa menonton film saja harus membuat depresi?

Mungkin kalau hanya melihat filmnya saja, bisa saja gue berkesimpulan.. ” Aah, ini mah bisa-bisanya produser mengeruk keuntungan dari peristiwa kriminal anak-anak saja..”. Memangnya film Indonesia yang itu? *semua pasti tahu*

Yang membedakan adalah bagaimana peran seorang Gong Yoo dalam proses pembuatan film ini.

• Tahun 2009. Ketika Gong Yoo sedang menjalani wajib militer, si cowok yang memiliki julukan Dinosaurus head ini, memperoleh hadiah novel dari produsernya.. (update : maaf salah info, kata Imbi yang meminjamkan bukan produser, melainkan seniornya di kemiliteran).
•  Novel ini berjudul Dogani, karangan Kong Ji Young. Fyi, beliau seorang novelis ternama Korea Selatan, yang pada masa mudanya adalah seorang aktivis hak asasi manusia.
• Novel ini terinspirasi dari kisah nyata di tahun 2005. Kala itu, sang penulis novel terpaku oleh salah satu artikel surat kabar tentang kasus kriminal yang terjadi di sebuah sekolah berkebutuhan khusus.. Dalam artikel tersebut, kalau tidak salah, sang wartawan magang mengungkapkan ketidakadilan jalannya pengadilan.
• Setelah membaca novel tersebut, Gong Yoo dilanda keresahan. Biasanya dia tidak terlalu memikirkan isu sosial, karena pekerjaannya sebagai aktor, dia berusaha menempatkan dirinya netral. Tidak dengan novel ini. Ia gelisah, padahal tidak sedang geli-geli basah.. Dia merasa, cerita novel ini harus diketahui oleh khalayak luas..
• Apa yang bisa ia lakukan? Apalagi kalau bukan mengangkat kisah novel ini ke layar lebar. Dan ketika mendapatkan libur cuti wamil, ~cuti wamil ya, bukan cuti hamil~ Gong Yoo menghubungi sutradara di agencynya untuk membaca novel ini. Dan merekapun berdiskusi panjang mengenai ide tentang film Dogani..
• Lalu sebagai produser, ia menemui sang novelis berkaitan dengan hak cipta.. Pembahasan dengan sang novelis adalah seputar inventasi di film ini.. Apa yang akan diharapkan dari invenstor mengenai cerita yang memilukan ini. Rasanya aneh mengeruk keuntungan dari peristiwa itu.. Tapi untungnya, dengan dukungan sang novelis, film inipun berhasil diproduksi.

I have a soft spot in my heart about humanity..

Dengan berbagai macam peristiwa negatif yang terjadi di sekitar kita, terus terang, mendengar tentang perbuatan baik seorang publik figur (yang bukan gimmick) bagaikan sebuah oase di tengah himpitan berita-berita hedonisme, pornografi, kekerasan pada anak, maupun gaya hidup matrealistis lainnya yang sering kita dengar..

Hasilnya.. film ini tidak hanya box office dan meraih awareness dari jutaan penonton, tapi juga tercatat sejarah sebagai salah satu film fenomenal yang mampu merubah tatanan sosial Korea Selatan..

Banyak reaksi yang terjadi, seperti :

• Masyarakat berdemo meminta dibuka kembali kasus lama itu. Walaupun pada akhirnya para korban masih belum memperoleh keadilan. Alasannya klise, kurang cukupnya bukti-bukti dan saksi. Grrrh..
• Di dunia nyata, sekolah ini bernama Gwangju Inhwa School. Dan setelah filmnya tayang, akhirnya sekolah sekaligus asrama tempat terjadinya peristiwa itupun ditutup.
• Di ranah parlementer, terbitlah Dogani Law, yang pada intinya merevisi dan memperberat hukuman untuk para pelaku kejahatan terutama dengan korban anak-anak berkebutuhan khusus.

Selesai membaca berita-beritanya, pandanganku terhadap Goong Yo berubah 180 derajat. I ADOREEE HIM SO MUCH!!

GILAAA YAA.. CUMA FILM AJA EFEKNYA BISA SEPERTI ITU..

Ada nggak sih film Indonesia yang seperti Silenced ini?

Ada mbak, ituh G 30 S PKI..

ah elaaah…

***

Begitchuuuwww…

Dan kalau teman-teman ingin mengetahui lebih lanjut tentang kasus ini, berikut gue lampirkan beberapa artikel yang berkaitan dengan tulisan ini.

1. Film ini pernah diangkat di artikel NY Times yang ini.
2. Update kasus Gwangju Inhwa School
3. Korban kekerasan seksual akhirnya kalah dalam pengadilan banding.
4. Beberapa review keren tentang film Silenced/The Crucible ada di sini dan di sini.

Oh dan terakhir, ini adalah klip perjalanan GY di Kamboja ketika menjadi duta Unicef. Aaaaahhh hatiku hangaaaatt…