Terlalu suka dengan Chicago Typewriter..

Warning, sepanjang tulisan akan penuh halusinasi parah dari si penulis. Mohon bersabar, ini ujian kalau membacanya jadi pengen muntah. Maklum, ya, kata Joice.. namanya juga hormon emak-emak..

***

Hai semua para kisanak penggemar drama korea, kembali hadir di sini, mamah dewik, beserta review drama korea abal-abalnya..

Menurut gue, tidak ada yang namanya drama yang jelek atau bagus. Semua itu kembali ke Yang Maha Kuasa.. eh maksud gue, balik ke yang namanya selera.. (lalu mbak selera tunjuk tangan, #krikkrikkrik).

Pokoknya, kalau ceritanya bagus, tapi kita sebagai penonton nggak suka, ya, secara subjektif drama itu jelek. Dan begitu pula sebaliknya.

Buat gue pribadi sih, bagus tidaknya suatu drama bisa dilihat dari awal-awal episode yang ditayangkan. Pertimbangan gue sih cetek, selama gue suka cerita dan akting para pemainnya lalu OST-nya mendukung.. yawiiss, gue akan setia mengikutinya sampai akhir..

Drama yang bagus? Banyak.

Tapi jika gue mau capek-capek mereview drama itu menjadi satu postingan blog, berarti drama yang gue tonton itu ~~menurut gue~~ memang baguuuusss banget.

Nah, drama yang saat ini sedang menghantui gue adalah.. Lanjutkan membaca Terlalu suka dengan Chicago Typewriter..

Solo, Mei 1998..

Membaca postingan Mariska, membawa kembali ingatan kelam gue tentang peristiwa 19 tahun lalu.

Dan melalui tulisan ini, gue ingin bercerita tentang pengalaman yang tidak akan gue lupakan seumur hidupku. Peristiwa itu kita kenal dengan nama…

Kerusuhan Mei 1998

Sepertinya tidak banyak yang tahu jika kota asal presiden Jokowi yang terkenal akan kuliner dan budayanya yang kental, pernah memiliki catatan gelap dalam sejarahnya. Gue googling, dan artikel yang gue rasa cukup lengkap ada di blog ini.

Mungkin, ini salah satu bentuk kegelisahan gue tentang kondisi politik Indonesia akhir-akhir ini. Jadi, seperti biasa, tulisan ini dibuat hanya untuk berbagi pengalaman. Dan jikalau teman-teman yang pada waktu itu masih kecil atau dari daerah lain bisa mengetahui sejarah peristiwa itu saja, sudah cukup buat gue.

Lanjutkan membaca Solo, Mei 1998..

Jangan pernah lupa, nak..

Aidan, anakku..

Suatu saat ketika kamu baca blog mami..

Ingat terus wajah bapak ini ya, Nak..

Walaupun kamu masih belum mengerti apa yang Mami ceritakan..

Walaupun bagimu, lego super hero itu lebih seru..

Tapi ingatlah,

Jangan pernah lupakan wajah ini ya, Nak..

 

Enter title here.. #2

Ternyata hampir sebulan lamanya tidak mengutak-atik tulisan di blog lumayan bikin kagok menulis juga ya..

Apalagi ditambah kenyataan yang terjadi pada hari-hari belakangan ini.

Ada masalah apa? Errr.. anu’ itu, angka timbangan berat badan gue sudah bukan bergeser ke kanan lagi.. Tapi ini sudah ngglundhung.. ngacir jauh ke kubu sebelah kanan sana. Grmbl.. grmbl..

Enihweii.. ya sudah, mari bikin postingan seperti dulu.  Seperti biasa, kalau nggak ada ide maka yang keluar adalah percakapan random antara tiga orang yang.. yaaah.. apa yah, dia lagi, dia lagi.. Siapa lagi kalau bukan Ibuk, suamik, dan anak..

  • Semua gara-gara solmed..

Sebagai generasi baby boomers, Ibuk acapkali berkomentar tentang perilaku para pengguna teknologi, terutama gadget, yang tentu saja belum ada pada waktu Ibuk masih seusia gue..

.. Ibuk, kalau lihat gue main handphone sembunyi-sembunyi..

Ibuk     : ” Kalau jaman Ibuk muda dulu kayak Ibuk-Ibuk sekarang, pasti nggak keburu pegang kerjaan apa-apa..”

Gue      : ” Ah.. masak sih Bu? Nggak juga lah..”

Ibuk     : ” Beneran. Untung jaman dulu, Ibuk nggak kenal yang namanya solmed.”

Gue       : ” Solmed? Ustad? Ustad Solmed?”

Ibuk      : ” Ituu fisbuk.. apa itu? Fisbuk? Jadi semua pada sibuuuk lihat hp terus.. ”

Gue       : ” Ealaah sosmed.. kalau solmed, itu Ustad.”

Lanjutkan membaca Enter title here.. #2