Mari kita kembali ke draft tulisan yang gue buat di tahun 2014.
Masyaa Allaaah lamanya.. Seandainya mereka bisa sekolah, mungkin sekarang sudah jadi anak playgroup. Huhuhu.. Yasudahlah.
Okeh, mari kita selesaikan postingan bersambung Yogya Trip yang pernah gue tulis bertahun-tahun yang lulu. Part 1 ada disini dan part 2 ada disini.
***
Kita sudah sampaaaiii Yogya..
Gue selalu memiliki perasaan yang berbeda tiap kali menjejakkan kaki ke stasiun Solo Balapan dan stasiun Tugu Yogyakarta..
Mungkin karena tercium aroma kenangan masa lalu. Entah ya, padahal matahari juga cuma satu, Yogyakarta pun masih ada di Jawa dan belum pindah ke antartika. Tapi berbeda loh kalau dilihat dari kacamata anak yang pulang kampung..
Kalau lagi sensitif, terkadang gue bisa mewek.. Tampak mengharukan sih tidak, lebih mirip mbak-mbak yang baru nemu toilet setelah sekian lama kebelet pup.
Mungkin ini yang namanya rindu.
Rindu dengan kalimat ” Sudah sampai mana, Nduk?”..
Rindu dengan aromaa kotanya yang santai dan sederhana (dulu ya, entah sekarang).
Terkadang dada ini sesak karena gue akan ingat alm. Bapak. Entah ketika beliau menanti kedatangan gue di ruangan kantornya. Atau di rumah, di mana lima menit setelah sampai rumah, gue akan menyaksikan Bapak ngomel-ngomel ke Ibuk. Lalu curhat ke gue, kenapa Ibuk selalu menemukan tempat persembunyian uangnya Bapak.. Kalau itu sih salah satu kekuatan supernya Ibuk, Pak..
Tuh kan, jadi mellow..
Pokoknya begitulah rasanya tiap kali gue menjejakkan kaki ke Yogya.
Seperti sore itu, senyum langsung membuncah lebar ketika mendapati Ibuk sudah menyambut kami.
***
Jadi mau cerita apa ya tentang Yogya?
Gue akan menulis itenary liburan 9D8N bersama Jerapah Keriting di Yogya. #preeet. Nggak dhing..
Pokoknya, kalau para kisanak pembaca blog ini berharap ada informasi berguna tentang kota Yogyakarta, well, dipastikan anda nyasar.
Tidak ada tips dan triks tentang kota Yogya di sini. Nikmatilah kota Yogya selagi masih belum padat dan belum semetropolis Jakarta. Berjalanlah, naik becak dan berbaur dengan masyarakat lokal, nongkrong di pasar, ajak anak naik becak dorong di alun-alun, main ke Taman Pintar, karena tenang saja, selama masih di Indonesia semua akan baik-baik saja.
Terus apa yang dibahas? Tentoe sadja, tentang drama kehidupannya dong ah..
***
- Berantem lagii?
Tinggal di Yogya itu membuat ritme hidup berjalan lambat. Gue serasa memiliki lebih banyak waktu. Salah satunya, lebih banyak waktu untuk menonton drama orang lain.
Seperti yang gue lihat pada hari itu..
Siang itu, sekitar pukul 11.00 gue sedang dalam perjalanan menjemput keponakan. Kecepatan mobil gue berkisar 20-30 km/jam. Dengan perjalanan yang santai, gue masih bisa melamun dan mengamati hal-hal yang gue lewati.
Sedang mengantri traffic light di lampu merah Gejayan.
Gue melihat ada kemacetan didepan sana. Ih ada apaan?
Ada banyak orang melambatkan kendaraan mereka. Mereka semua memandang ke sebelah kiri.. Ih, kebiasaan deh. Orang Indonesia bikin macet karena menonton apa yang terjadi di jalanan. Membantu kagak, kepo ingin tahu, iya.
Tapi gue juga salah satu penonton drama jalanan sih #plaaak. Jadi, begitu mendekati tempat kejadian perkara, gue melihat ada sepeda motor yang tergeletak di jalan.
DHEEG..
Waduh, kecelakaan ya?
Untungnya bukan. Karena di samping sepeda motor nelongso itu, berdiri sepasang muda-mudi yang tengah bercengkrama.. Eh, bukan, mereka sedang berantem..
Gue yang sedang berhenti di samping pasangan drama ini mencoba mencari tahu kelanjutkan adegan itu.
Si cewek berdiri manyun di samping sepeda motor. Lengkap masih mengenakan helm. Sungguh pengguna jalan yang berdedikasi sekali.. Tampak, si mbak hanya terpaku sembari menyaksikan kepergian sang cowok.
Kok masnya pergi begitu saja meninggalkan mbaknya?
Masnya berjalan menjauh.
Tiba-tiba turun gerimis mengundang. Ih, dramatis sekalii. Tapi tidak ada tanda-tanda dirinya akan kembali ke si cewek. Bersama-sama menerjang hujan, memeluk pohon dan menari bahagia diiringi lagu India? Boro-boro..
Sang hujan masih turun basa-basi. Alih-alih melindungi kepalanya dari air, si mas malah melepas helmnya.
“Mungkin masnya gak tega kalau helmnya kehujanan..” Begitu pikir gue. *memang, kadang gue takjub dengan brain gue sendiri, kisanak..*
Sambil memegang helm, ia meremas rambut dan menggigit bibirnya. Masnya seperti sedang shooting iklan shampoo dan dirinya berperan jadi uban #krikkrik.
Tapi tunggu, bukan shooting iklan shampo yang gue dapat, melainkan adegan helm terbang yang disajikan.
Ini beneran, tanpa disangka-sangka sang helm bulat sempuna berakhir na’as dilempar ke jalan. Ke jalanan, mameeen.. Baek-baek pengendara motor kagak kena timpuk helm nyasar.
Tinggalah gue yang hanya bisa ndlongop menyaksikan adegan helm terbang tadi. Apakah ini acara Termehek-mehek? Nggak mungkin, karena tidak ada tanda-tanda penampakan si mas-mas MC yang wajahnya selalu merah kebanyakan cream dokter itu ~~saposee namanya?~~..
Terus, apa kabar mbaknya?

Dengan tatapan beku sang cewek menggigit bibir, berharap si cowok kembali padanya. Bukan, bukan untuk berbaikan tapi untuk mendirikan motornya. Mungkin mbaknya nggak kuat, shaay.
Sayangnyaaaa… Lampu merah sudah berubah menjadi hijau. Dengan bergantinya lampu, berakhir pula tontonan gratis gue.. Mau nggak mau, gue melangkah maju..
Sudah gitu doang? Yaaaaaaah nanggung. Iya, sama. Gue juga penasaran dengan kelanjutannya..
***
2. Hari yang tepat untuk misu.. ah sudahlah..
Ceritanya, kepulangan gue kali itu untuk mendampingi Ibuk yang akan melakukan operasi. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar.
Nah, malam hari setelah operasi, gue, mbak Rini dan rombongan krucils berniat mengunjungi Ibuk. Rencananya kami bergantian masuk tanpa anak-anak. Pertimbangannya supaya Ibuk bisa istirahat dan tidak terganggu kekacauan yang dibuat anak-anak..
Tiba di rumah sakit Bethesda. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 7 malam.
Gue mendapat giliran pertama. Ketika tiba giliran kakak gue, dia pun menitipkan anak bungsunya untuk digendong. Begitulah, malam itu gue sendirian bersama tiga anak balita..
Begini urutan usia mereka:
- Si Kakak : belum ada 5 tahun.
- Aidan : 3,5 tahun
- Si Adek : 1,5 tahun.
Namun, ada satu hal penting yang gue lupa, si adek masih mengalami fase stranger anxiety. Nah, siapa si strangernya? Tak lain dan tak bukan, gue, tantenya yang malang ini…
Posisi gue sedang menggendong si adek. Sementara itu, Aidan dan si Kakak sibuk berlari-larian di lobi.. Hanya ada seorang satpam di gerbang yang mengawasi parkiran mobil. Selebihnya bisa dihitung dengan jari orang-orang yang keluar dan masuk rumah sakit..
Satu dua menit pertama masih aman, damai, sentosa, sejahtera, GDP meningkat serta happily ever after. Sampai ketika si Adek mulai menyadari ketidakhadiran mamanya..
Curiga sebentar lagi dia ngamuk, gue langsung telpon mbak Rini.
Nggak diangkat.
Asyem..
Si Adek : “…..” *mimbik-mimbik*
Gue : “Bentar, Dek.. Nanti Mama datang.”
Si Adek : “Mmm.. Mama..”
Gue : “Tuuh, itu Kakakk tuu.. Kakak main sama Mas Aidan tuuh.”
Si Adek : “Hiiks.. Hikkss.. Mammaaaaaa..”*air mata menggenang* *posisi badan sudah menunjukkan penolakan*
Gue : “Dek, Sebent.. Aidan! Kakak! Jangan manjat-manjat!!”
Si Adek : “BHOUHUOUHOU.. MAMAMMAMA!”. *HIYAAA nangiss dah doi.*
Gue : *panik* ” Eh Dek.. lihat dek ituu.. ada.. err Ini gambar apa yaaa..?” Gue menemukan lukisan sejarah Indonesia yang ada di lobi. Malam-malam, anak nangis dan gue menjelaskan pak Sukarno sedang baca teks proklamasi.
Si Adek : “CENNGEEEEER..” Eh kok cenger sih? Apa sih suara jeritan bayi? “HHHWWWRAAAAAGGGHHH!!!”..
Gue : ” Aduuh.. jangan nangis Dek. Aduh lihat apa lagi ya?..” Pada kabur ke mana ayam, bebek, kucing dan kambing? Atau Nassar KDI? Pas dibutuhkan kok nggak ada???
Si Adek : ” HRHOOWAAA..HRHOOOWAAAA..” Jeritannya bisa bangunin mayat hidup.
Gue : “EH EH ITUU DEEK.. ITUU APA ITUU?”
Si Adek : “…” diam sedetik.
Gue : ” Tuh tuh dek… Tuh adaa.. adaaa.. tempat sampah.. Ya ampuun, ada tempat sampaah!!” *Kenapa ini jadi tempat sampah?*
Si Adek : *memperhatikan tempat sampah yang wujudnya kini… masih jadi tempat sampah. ” MAAAA…. MOAAAAAA… MAAAA.. MOO..AAAAAHHH!!!”
Gue : “Biyungeee.. Piyeee ikik? Aidaan! Shhh..shhh. Kakakk! Jangan pada jauh-jauh!!!”
Si Adek : “HRRHOOWAAA.. MMAAA.. MAAHH.. AAAARRGHHHHH
BBBHHRRWWWOOOEEEEKKKK..”
Tepat sekali saudara-saudara.. Si Adek muntaaah..
Maaaak’eeeeee…
Gue langsung ingat apa yang dikatakan kakak gue kalau si bontot mulai nangis adu strategi. Dia. Pasti. Muntah. Thanks to tempat sampah.. Walaupun dia bermandikan muntah, minimal kerusakan terbesar bisa diatasi dengan kehadiran si tempat sampah tadi. Dikit doang tapi..
Muntah selesai, nangis njerit-njerit? Jalan teroooosss..

Setelah panggilan ke 912748q6374 akhirnya telpon itu diangkat juga. Dengan kecepatan penglihatan mata netizen, kakak gue langsung kembali ke tempat kejadian perkara.
Sambil menunggu kedatangannya,
Gue bengong..
Si Adek masih nangis.
Dua anak yang lain masih muter-muter.
Entahlah itu bagaimana ibok-ibok di luar sana yang memilik beberapa anak balita bisa memiliki kekuatan gaib waktu menangani sejuta topan badai. Gue menurunkan si Adek yang sudah tenang (baca: capek njerit-njerit). Sambil bersiap-siap mengganti baju si adek, gue berpikir apa yah yang akan dilakukan Ibu Astri Nugraha kalau di posisi gue?
Belum juga sedetik jongkok, tiba-tiba..
BBBBREEEEEEEEEETTTTTTT…
Suara jahanam apa itu?
Gue masih memecahkan misteri dari mana datangnya si asal suara, sampai akhirnya gue sadar, suara bencana itu berasal dari belakang celana gue sendiri.
Iyaaasss.. ketika gue jongkok, celana pendek gue robek tepat di garis celananya…
Simbooookk!!! HIdup gue kurang drama apa lagiii cobak? CRAAAY..
Apa gue harus ikutan nangis kayak si Adek? Apa ikut lari-larian sama si Kakak dan Aidan? Atau gue baca teks proklamasi kayak Presiden Sukarno?
Auk ah…
Untuuuung saat itu sepi.. Masih lumayan ada tas ransel yang sedikit menolong mengkamuflasi robeknya celana gue. Dikit doang tapi (2)…
Demi menutupi aib itu. Sembari menanti Mba Rini datang, gue pun berdiri terpaku di pojokan tembok seperti menantu ketahuan nyolong ..
Begitchuuuuuwwwww…
Demikian postingani ini selesai dibuat.
Dengan robeknya celana pendek gue, maka berakhirlah postingan berseri tentang drama kehidupan di Yogya..
TOK TOK TOOOOK… *ketuk palu ketua sidang*
Tertanda, Mamah Dewi yang sampai sekarang masih sering disuruh angon bocah-bocah..
Byuuuung katoke suweeeeek wakakakak…. sungguh closure yg sempurna!
SukaSuka
epiklahhh sungguh kesialaaan gue hari ituu Mem.. pokoknya belum motherhood jaman yesterday kalau belum sampai suwek katokee..
SukaSuka
Harusnya pas lampu hijau jangan jalan dulu…siapa tau si mbak lempar helm juga dan kemudian mereka perpelukan di bawah hujan…zoom in…zoom out…ost mulai….serasa drama korea ahahahahahahaa
SukaSuka
bahahhahahahaa itu aja aku udah jalan pelaaaaan2 sambil msh kepoin kok.. tp sampai jauh kayaknya tu mas ttp gak balik2.. kayaknya kurang banyak belajar dr drama korea
SukaSuka
🤣 mba hahahaha
SukaDisukai oleh 1 orang
gitulah Ji.. dunia motherhood (eh cuma di aku aja sih kayaknya)
SukaSuka
hhahhahahaha ini ceritanya kok mirip drama beneran ya mbak. Hahahahaha….all i can say is “ahahahahahahahahhaaa….”
SukaSuka
Mba Dew, itu td’nya aku udh mau manggut2 setuju dgn pernyataan mba Dew soal “Orang Indonesia bikin macet karena menonton apa yang terjadi di jalanan. Membantu kagak, kepo ingin tahu, iya.” Soalnya itu hal yg terus suami aku dengung2in kl lg kena macet di jalan,sambil ngomwl2,gegara pada nontonin kecelakan, dsb
eh tapi dibawahnya malah ternyata Mba Dew juga salah 1 pelaku’nya #ketawa smbil tepok jidat deh jadinya
Ahhhhhhahahhhahhaha
SukaDisukai oleh 1 orang
hahahhaha aku jadi maluu.. tepatnya kami adalah tipe orang yang “ngomel karena orang2 cuma pada ngelihatin yg di jalanan jadi macet.. tapi sambil ngomel.. juga sambil ngelihatin apa yang barusan terjadi” *tepok jidat jenong*
SukaSuka
Hahahahahah…ampuun deehhh😅😅😅🙈🙈🙈
#btw mang jidatnya jenong tah, mba Dew? 😂
SukaSuka
hahahahah.. aku ngakak bayangin mba dewii dengan bocah2 itu, selalu ketawa kalo BW ke sini 😀 D
SukaDisukai oleh 1 orang
ember Astiii.. ya begitulah drama kehidupan emak-emak. gak jauh dari ribetnya anak-anak hihi.
btw, domain baru?
SukaSuka
udah lama sih mbaa dew, tapi baru nyampe sini bw nya heheehhee
SukaDisukai oleh 1 orang
yg kemarin masih ada? oke.. akunya telat info berarti hahaa
SukaSuka
wkkwk, blog yang kemaren ntu udah di tarik dr peredaran
SukaDisukai oleh 1 orang
oyaaa oke okeee..
SukaSuka
hahahahaah ya ampunnnn mbaaakkk….you never failed to make me laugh.
#kemudianlemparinhelm
SukaDisukai oleh 1 orang
Dindaaa apa kabaaarr? Makaaasih yaa.. aku merasa bermangpaaat
SukaSuka
Hahahahah baik mbaaaak. Duh udah lama ga buka2 wordpress karena ilang mood nulis dan sibuk, terus kemudian pas buka lagi baru inget kamu dan tulisanmu yang ngangenin. Aku kagum kamu masih konsisten nulis dan konsisten kocaknya mbak. Hahahahahah jadi drakor apa yang lagi ditonton sekarang nih?
SukaSuka
Mbaaa Dinn.. awwwwww makasih yaaa kalau udah kangen tulisan gak jelaskuu.. Iya, konsisten sebulan sekali (blogger apaan inih??). Aku abis nonton Misaeng dan lg Temperature of Love. Tapi sejauh ini belum ada yg menggetarkan jiwa sih.. atsaaadaaappo
SukaDisukai oleh 1 orang
Ah aku misaeng belum kelarrrr. Aku baru nonton strong bong soon untuk kedua kalinya, kali ini ngajak suami hahahahahah
SukaSuka
Bagian sobek itu bikin aku lgs keselek mba 😅 memang bnyk.cobaan saat seperti itu
SukaDisukai oleh 1 orang
Emberita panciwati… Aib banget dah itu celana robek. Auk ah, udah lewat dan nggak ada yang kenal ini hihihihi….
SukaSuka