Pak Satpam, Buka Pintu..

 

Beberapa minggu yang lalu gue ketemuan dengan teman-teman SMP gue, Ayu dan Mira. Ih, kok cuma bertiga? Kamu eksklusif ya? Nggak kakaaaaak.. Seringnya hanya mereka berdua ini yang waktunya fleksibel. Itupun biasanya kita hanya karaokean koook..

Karaoke cuma bertiga, suara(ku) pas pasan, minum juga hanya air mineral tapi sekalinya booking kamar karaoke langsung sampai lewat dini hari.. Ya ampun, mak emaaaaaakk… itu nyanyi apa mantengin netizen pada berantem?

Tapi itu duluuuu…

Jaman itu tenaga bagaikan habis ketemu gebetan di depan kelas. Yang masih semangat dan deg-degan gitu ceuu.. Sekarang? Yah, karaokenya terpaksa vakum dulu untuk sementara waktu.

Salah satu alasannya karena Mira sedang berbadan dua. Gue khawatir nanti tiba-tiba Mira langsung pengen brojol begitu mendengar pitch control gue..

Sebagai gantinya, beberapa bulan sekali kita lunch bareng. Beberapa bulan sekali? Weits, ini masih mending daripada dengan grup WhatsApp alumni gue yang kalau rencana reunian selalu heboh.. tapi prakteknya, selalu berakhir dengan..

***

Nah, kembali ke cerita unfaedah gue..

Rencananya kali ini kita mau ketemuan di St. Moritz Lippo Mall Puri Jakarta Barat.

Buset jauh boneeng.

Iyaaa.. Lokasi ketemuan kali ini kita pilih yang dekat rumah Mira. Do’i mau bersalin buuk.. Nggak tega gue sama Mira. Hanya karena mau ketemuan dengan kita, tiba-tiba muncul headline berita yang berjudul..

“TERUNGKAP! TERNYATA ANGKA TIMBANGAN WANITA INI LEBIH BERAT DARI PADA TEMANNYA YANG SEDANG HAMIL 8 BULAN!!”

*kemudian insert foto gue yang lagi nyengir kuda*~~~

loh kok jadi aku? ble’e tenan..

Enihweiii…

Biasanya tiap pagi suamik yang mengantar Aidan ke sekolah. Kebetulan, pada hari H, semesta mendukung gue untuk main. Hal itu ditandai dengan perginya suamik gue ke luar kota. Yahh.. gue deh yang harus mengantar Aidan sekolah.

Ini mendukung dari maneeee?

Mau tidak mau gue harus memutar otak. Padahal, apa salah otak kenapa harus diputar?

Jadi solusinya, gue harus strict dengan jadwal yang melibatkan pontang-panting antar kota antar propinsi. Ini yang dinamakan: NIYAT!

  • Bangun lebih pagi. Bejibaku menyiapkan sarapan dan bekal sambil berusaha membangunkan Aidan. Entahlah dengan anakku. Kalau hari sekolah, bangunnya siang.. eh giliran weekend, tanpa dikomando, bangunnya pagi-pagi buta. Grhh..
  • Pukul 06.45 berangkat ke sekolah
  • Pukul 07.45 diperkirakan sudah sampai rumah. Napas tiga biji dulu, langsung mandi kemudian gedabrukan membereskan rumah, masukkin baju ke mesin cuci sambil tepok-tepokkin skincare ke muka.
  • Pukul 09.00 janjian dengan Ayuk di Citos untuk kemudian naik taksi online ke Puri Kembangan sana.
  • Pukul 14.00 gue harus sudah kembali untuk menjemput Aidan sekolah.

Etdah kukuruuuyuuuukk.. Menulis ini saja gue sudah capek.

Tapi begitu ingat bahwa hari itu gue tidak usah masak, gue langsung semangat lagi. Pokoknya di mana ada hari gue tidak ndapur, di situlah gue akan meluncur.. #mamahdewikpunyapedoman

***

Perjalanan menuju sekolah Aidan berjalan lancar karena kami melewati jl. Arah Sebaliknya.. Itu adalah lokasi jalanan di mana kita bisa melenggang kangkung sambil dadah-dadah ke padatnya jalan yang ada di sebelah. Nikmat mana lagi yang kau dustakan wahai kisanak..

Sayangnya, gue lupa. Jalur Cinere di pagi hari selalu pamer susu. Padat merayap, sumpahh sutrisnya.. tuuluooonggg..

Gue langsung nggak jadi dadah-dadah. Bagaimana tidak, karena mengejar waktu, begitu sampai sekolah gue harus kembali ke rumah. Artinya gue akan ikut rombongan tanjidor bermacet-macet ria di jalanan Cinere yang kondisinya sudah seperti jalur Gaza itu. HHHH. Situ jumawaa sih..

Tapi bukan Raisa namanya kalau nggak nikah sama Hamish Daud.. eh maksud gue, bukan gue namanya kalau betisnya nggak gede.. eh bukan itu.. pokoknya intinya bukan gue namanya kalau nggak ontime.. Padahal itu semua bisa terlaksana berkat pertolongan ksatria berjaket hijau.. Alias abang GoJek.

… dengan kekuatan ojek online, akan mengantarmu!!

***

Jam 09.00 tepat gue dan Ayuk sudah ketemuan di Citos. Dan dua puluh menit kemudian kami sudah keluar Tol Kembangan..

Wooooow sudah mau sampai.. Magic..

Begitu tiba di lokasi St. Moritz, kami bertiga ~~iya, barengan dengan si pak supir~~ celingukan mencari lokasi mall yang dimaksud. Gedung-gedung pertokoan ini bentuknya sama semua, saling berhadap-hadapan pulak..

Setelah melewati berbagai proses mulai dari rentetan pertanyaan di grup whatssap, buka tutup aplikasi waze dan google Map, sampai bertanya ke para satpam, akhirnya pukul 09.30 sampailah kita di lobi St. Moritz.

Mira belum sampai.

Gue dan Ayuk menunggu di lobi sambil memandang berkeliling.

Tampak mobil keluar masuk menurunkan penumpang. Para satpam sibuk mengatur jalannya lalu lintas. Beberapa abang ojek online sedang bekerja membeli pesanannya. Di kanan kiri gue terdapat beberapa gerai coffe shop yang menyediakan fasilitas outdoor di mana para konsumen bisa sarapan sambil melihat layar laptop. Wah, netizen yang sangat sopistikateeed…

Sedang asyik mengamati tiba-tiba gue mendapatkan rejeki berupa…

.. menyisakan Ayuk yang cuma bisa bengong..

Ya begitulah, terkadang rejeki itu tidak mesti punya hobi makan banyak tapi perut tetap rata. Kalau di gue, seringnya rejeki itu berupa hasrat kevvelet vuvv tanpa melihat waktu dan lokasi..

Sungguh kusebal dengan kemampuan alamiku ini. Oh, dan itu menurun ke Aidan. Grrhh..

Kami langsung bergegas mencari di mana pintu masuk mall ini. Selain coffe shop tadi, gue hanya mendapati bangunan ini dikelilingi kaca bening yang menampilkan benda-benda yang bisa menggoda iman dan dompet di dalamnya.

Gue    : ” Mana sih ini pintunya?”
Ayuk  : “Iya.. ya.. Kok mall ini nggak jelas ya?”

Kemudian gue mengintip ke dalam. Ah, di situ rupanya alat detektor yang dipakai memeriksa pengunjung mall. Pasti di sini pintu masuknya..

Kami melangkah maju.
Pintu kaca itu tidak bergeming.
Kami melangkah mundur dengan pikiran mungkin sensornya kurang efektif..
Tidak ada pergerakan apa-apa..
Melangkah maju lagi, merasa jika berat badan kita tiba di atas keset Welcome maka pintu akan terbuka. Eh, nggak juga..
Maju lagi, mundur lagi…

Ini mirip Syahrini, kagak.. mirip peserta senam poco-poco, iyee.. 

Gue curiga kita sedang berbicara dengan dinding. Lalu terlihat penampakan rombongan semut. Ih, malu aku malu pada semut merah yang berbaris di dinding menatapku curiga doong *nyanyik*..

Ayuk  : “Kok pintunya nggak mau buka sih?”
Gue    : *mengintip ke dalam* ” Kayaknya bener kok Yuk, ini pintunya. Masuknya gimana sih? Coba gue tanya satpam..”

Gue mengamati pintu dengan seksama. Ada stiker kuning bertuliskan IN di antara dua dinding kaca ini.

Terkadang gue kagum dengan intelegensia gue sendiri. Gue menekan tombol kuning tulisan IN itu. Mungkin setelahnya pintu keramat ini akan terbuka.

NGAPAIN JUGA MENCET STIKER, YA JELAS NGGAK KEBUKA DONG..

Sampai kuda pakai kawat gigi tidak bakal pintu kaca itu akan bergeser. Memangnya lift? Yakaliik..

Kita masih cekikian mentertawakan kebodohan gue ketika tiba-tiba terdengar suara misteri…

Mbak… Mbak..

Maknjegagik! Kaget aku! Siapa itu yang berbicara?

Pelan-pelan, dua mamah-mamah ini menengok ke belakang. Berdiri di belakangku sesosok wanita cantik sedang menahan tawa sambil memberitahu hal yang paling penting di dunia ini.

“Belum Mbak.. Mall-nya belum buka Mba..”

OH IYAAA YAAAA…

Terang saja pintunya tertutup rapat, la wong mallnya saja baru bukan jam 10. Kemplu tenan..

Ayu               : ” Oh iya hahahhaha.. Haduh, kita baru pertama kali sampai di sini soalnya.” *alasan awkward*.
Gue               : ” Maklum mbak, rumah kami jauh antar kota antar propinsi. Janjian di sini pagi sekalian.. Eh ternyata bener kepagian..”
Cici cantik : “Hahahaa Memang jauhnya dari mana?”. *Mungkin mbaknya berharap kami menjawab dari Trenggalek*.
Kami            : “Kami dari Citos..”
CIci cantik : ” Oh kalau saya dari Sentul”
Kami            : “WHOAAAAA.. Ada yang lebih jauuuh. Janjian di sini juga mba?”
Cici cantik : ” Nggak koook.. ini cuma mau benerin eyelashes saja”

Sentul – Kembangan Jakarta Barat? Melewati padatnya jalur tol Jagorawi di pagi hari? Dan semua itu demi eyelashes? Sungguh cicinya juwaaraakk..

***

Tidak lama kemudian pintu lobi terbuka. Alhamdulillah, akhirnya doa Baim dikabulkan Ya Allah *ya emang sudah waktunya kaliiik..*

Begitu pintu terbuka, gue langsung mengambil langkah 100.000 menuju toilet. Urusan hajat hidup orang banyak ini akhirnyua selesai bertepatan dengan Mira sampai.

Setelah itu kita nongkrong di mana?

Iyak, tepat sekali tebakan para kisanak (padahal tidak ada seorang pun yang menebak). Kami bertiga brunch di salah satu gerai kopi yang terletak di lobi depan. Benar, yang sudah buka sejak pagi hari ituu..

Tau begitu kan kagak perlu maju mundur amsyion cari pintunya ada di mana yaa..

***

Tiba di dalam coffe shop.

Setelah melakukan pemesanan, sang barista mencatat nama-nama kita di gelas kopinya. Tiba-tiba kepikiran ingin ngerjain sang barista. Pokoknya, tema hari ini kalau mau malu jangan tanggung..

Barista    : “Atas nama siapa kak?”
Gue           : *pasang poker face* “Bangsa Indonesia..
Barista    : “…” *terdiam* “Apa kak? Atas nama siapa kak?”
Gue           : *masih pasang poker face ala Lady Gagah* “Bangsa Indonesia..”
Barista    : *senyum-senyum* “Kalau kakak?”
Ayu           : “Kalau saya, Soekarno Hatta”
Barista    : “Kalau kakaknya?” *gaiisss.. gaiss.. emak-emak di sini masih dipanggil kakak gaiss.. bahkan Mira yang lagi hamidun ituu..*
Mira         : “Merdeka!!”
Barista    : “Ya ampun.. saya pikir kakaknya bercanda lhoo..” *sambil menuliskan nama-nama yang kami sebutkan tadi*.
Gue           : “Loh mas.. Kami ini serius. Serius becanda, maksudnya..”

Begitu pesanan kami selesai, mas barista memanggil dengan lantang..

ATAS NAMA BANGSA INDONESIA… SOEKARNO HATTA.. DAN MERDEKA!!

Begitulah, mas-mas bercelemek hijau ini pun mengucapkan teks proklamasi.

 

 

 

ps: santai aja ya Say, mas dan mba baristanya nggak marah-marah kok. Mereka maklum, ini namanya masa remaja kurang alay…

 

Diterbitkan oleh

dewi

Illustrator yang aselinya malas nonton drama korea, pengennya masak-cuci piring aja..

39 tanggapan untuk “Pak Satpam, Buka Pintu..”

  1. KOPLAAAAK KOWEEE EDIYAAAAN 😂😂😂😂 aku ngakak disebelah anak bayekkuuuu! Kasian dia syok ngeliat emaknya bukannya nyusui malah ngakak bacain HP. Untung bacanya ga sambil menyusui. Bisa buyar ASIne dadi milkshake

    Disukai oleh 1 orang

    1. Yongonokuilah Mem.. Nulis curhat nggak karu2-an gini paling yg baca cuma temen2 dunia maya bhhahaha.. Klo real life kan akuh joaaa’iimmm 😚😚😚😚😚

      Suka

  2. Astagaaa Dewiiii gw langsung ngakak puollll pas bagian bawah edan….kalau ada gw, gw tambahin 17 Agustus 1945 wahahahaahahahaa *si kakak keempat*

    Disukai oleh 1 orang

  3. Hahaha.. ya ampuuun mbak Bangsa Indonesia dan teman2 seperjuangannya. Keren banget sih kaliaann.. eh salah, gila banget sih kaliaann hahahah.. untung itu coffee shop nya baru buka, jd belum begitu banyak pelangan kali ya. Jd ga malu2 bgt wkwkwk..

    Suka

    1. Ini judulnya masa remaja kurang alay kayaknya Nis.. Iyaa hahhhaa krn masih pagi kan, dan coffe shop ini bukan si *bucks itu.. Jd hari itu pelanggannya baru ada kami bertiga ama satu org mahasiswa kayaknya..

      Suka

    1. Aduh habis mimpi apa ya aku gak sempet nanya. Kasihan nggak ya? Pas di sana si kami sama2 ngakak.. Wong pelanggannya kayaknya cuma kita sama ada satu mahasiswa..

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s