Tadinya gue ingin menulis tentang perceraian Song Hye Kyo dan Song Joong Ki. Tapi karena tulisan akan menjadi topik yang ‘berat’, maka gue memutuskan untuk jadi waras terlebih dahulu. Salah satunya dengan mereview racun drama terbaru yang baru saja selesai gue tonton. Judulnya..
Search: WWW.

“OMAYGOOODD.. AJEGILEE JABANG BOKER. INI APAA-APAAAN. GILEEEE LU, SAYEKTIII..”
Nggak dheng…. Nggak selebai itu kok.
Tapi bener, aselik, gue ingin memeluk sutradara, mbak penulis, semua aktor dan aktris serta tim produksi, para brand sponsor, TvN, internet, listrik, dan semuaa..muanya seraya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya atas terciptanya drama ini. Perkecualian, nanti pelukin pemeran cowoknya lebih lama. Ahayy..
Maafkan kelebayanku yaaa..
Soalnya di sini satu-satunya tempat gue bisa menyampah norse nggak karu-karuan. Ingin rasanya berbagi kebahagiaan ini di IG atau platform lain, tapi banyak sekali mama-mama teman Aidan dan guru di sekolah yang mutualan denganku. Sebagai #sobatkurangsoleh sekaligus #sobatilmuparentingcetek kan mau nggak mau, gue harus berpikir dua kali untuk nyampah di tempat lain.
Malas aja gitu tiba-tiba ada yang komen sambil nyinyir hobi dan kebahagian orang lain. Emang ada? Adaa.. cowok pulak.
Kalau ingat, rasanya tuh ingin kubalas..

Huh. Tapi lalu kuingat petuah mbak Tammy..

Oke. Kembali ke drama ini.
Di tahun 2019 rasanya tidak banyak drama Korea yang mengena di hati. Drama terakhir yang menjadi favorit gue adalah Romance is a Bonus Book.
Setelah itu gue nonton apa ya? Kok lupa.. Tapi yang pasti gue hanya menonton drama-drama produksi TV kabel. Mungkin karena mereka sering memproduksi drama yang ceritanya tidak biasa dan lebih ‘berani’ dibanding chanel publik Korea.
Benar saja, ketika menonton drama Search: WWW sejak episode perdana hingga akhir drama ini, tidak pernah sekalipun gue bosan dibuatnya.
Begini sekilas review biasa-biasa saja ala mamah dewik.

Search: WWW is an insightful, beautiful and high quality Korean drama suitable for mature audiences.
Atssaadaapp..
Sinopsis.
Bercerita tentang persaingan dua perusahaan portal web Korea dengan konflik 3 wanita karir sebagai fokus utamanya.
Sebuah produksi dari hasil perpaduan kerjasama yang solid antara akting aktris2 senior-nya dipadu dengan perkenalan aktor-aktor muda yang baru menancapkan poni lemparnya di blantika musik Indo.. eh salah.. drama korea, maksudnya. Oh, itu semua tidak akan terjadi tanpa adanya hasil script yang matang dan eksekusi yang ciamik dari seorang writer-nim dan sutradara yang bertalenta.
Cie. Gimana? Sudah berbunga-bunga kan bahasa gue? #pret.
Search: WWW adalah dama dengan tema paling menarik yang pernah gue tonton. Terasa fresh karena melanggar pakem yang ada pada plot drama korea.
Di bawah ini adalah beberapa faktor yang membuat gue suka drama ini.
- Dunia Internet.
Sepertinya gue jarang melihat drama dengan latar belakang dunia IT terutama search engine. Padahal internet dan kepo di google sepertinya sudah menjadi keseharian kita. Jadi menonton permasalahan drama ini rasanya seperti apa ya.. realistis? Modern? Semacam itu.
Meski inti cerita drama ini adalah fiktif tapi menurut gue, konflik-konflik yang ditampilkan itulah yang sedang terjadi di masyarakat kita. Korea Selatan, pada khususnya.
Real time search engine, trending topic, platform pertemanan media sosial yang mulai tergeser, skandal video masa lalu Idol, manipulasi keyword, intervensi pemerintah, sampai dengan skandal artis yang digunakan untuk menutupi kasus politik.
Belum lagi profesi-profesi yang booming di era internet. Start up, Youtuber, Influencer, blogger, illustrator, hacker, gamers, sound engineer. Suatu topik yang belum pernah gue temui dalam tema office drama manapun.
- Woman. Woman. Woman.
Sudah menjadi rahasia umum, masih ada gender gap yang besar di Korea. Hal itu secara tersirat diperjelas dengan karakter-karakter stereotype mereka di dunia drama korea. Di mana karakter female lead sering diampilkan lemah, polos, miskin tapi fashionable, selalu sial tapi semangat, dan kisah-kisah Cinderella lainnya. Tidak di dalam drama ini.
Ini tentang wanita karir.
Bagaimana mereka tampil cool dan berani.
Ada Bae Ta Mi, sang lead female. Karakternya yang judes tapi cute, ambisius, tapi ketika menjadi atasan dia sangat bijaksana. Scarlet yang tidak takut baku hantam dengan laki-laki. Song Ga Gyeong yang cool, minim emosi tapi lihai dalam berbisnis. Keren aja gitu lihatnya. Bromance? Apa itu bromance? It’s so last year yunaauuuww..
Tidak ada yang namanya cinta segitiga. Kalaupun ada orang ketiga, sang tokoh datang dari karakter yang tidak gue sangka-sangka. Smooth sekali plot twist-nya.
Di sini kita juga bisa melihat level hubungan yang berbeda dari masing-masing couple.
Couple Cha Hyeon-Seol Ji Hwan yang level kisah romancenya khas cinta pertama masa remaja yang cute, polos dan bikin ngakak.

Main couple kita, Bae Ta Mi dan Park Morgan dengan kisah romancenya lebih mature. Tarik ulur pasangan ini bikin gemas, tapi di balik itu, banyak pertimbangan kompleks dari hanya sekedar berkencan.

Kemudian pasangan Song Ga Gyong-Oh Ji Woo dengan problematika yang lebih rumit di mana perceraian adalah jalan keluar terbaik.

Senang deh lihatnya.
Oh dan peran pendukung, khususnya sang tokoh antagonis, yap, kembali kita hadirkan: Ibu mertua. Bedanya, sang artis senior selama ini dikenal dengan imagenya sebagai Ibu dan nenek yang sedih dan lemah. Di drama ini?


Bukan berarti tidak ada sosok karakter pria ya. Apalah arti menonton drama korea tanpa adanya cowok-cowok yang menyegarkan mata.
Gue kan sedang tidak menonton acara dokumenter budidaya tanaman kumis kucing, jadi peran male lead tetap pentiiing doong. Nah, yang membedakan inti cerita bukan lagi fokus tentang kehidupan mereka. Di sini mereka adalah supportive boyfriend dengan level problematika yang berbeda-beda namun tetap romantis juga. Ih, dambaan banget dah.. di drama korea, maksudnya.
- Script yang matang dan sinematografi yang baguusss.
Drama ini adalah debut perdana dari sang penulis. Sebelumnya ia adalah asisten Kim Eun Sook, sosok di balik drama populer seperti Goblin, DoTS, dan Mr. Sunshine.
Biasanya alur drama korea itu keren di awal tapi membosankan di tengah dan berakhir ingin banting-banting badan sendiri di akhir episode. Nah, alur drama ini tidak pernah ‘kendor’ sedikitpun. Mungkin karena drama ini adalah pilot project sang writer, maka research dan character development-nya sudah matang. Sayur kali ah, matang.
- OTP atau On True Pairing.

Terlalu banyak drama namun terlalu sedikit waktu membuat gue harus memprioriaskan chemistry gue dengan pairing pemeran utamanya. Terutama siapa yang jadi aktrisnya..
Gue reflek bersorak horay ketika Im Soo Jung akan kembali ke drama dan Jang Ki Yong sebagai partnernya.
Melihat track record project mereka, gue merasa dua aktor ini pintar dalam memilih script. Meski secara rating tidak populer yang bombastis, tapi secara kualitas, gue tidak pernah ragu akan pilihan mereka.
Im Soo Jung sebagai Bae Ta Mi.

Mbak cantik ini terakhir main dalam drama Chicago Typewriter. Drama kesayanganku. Rasanya excited sekali mengetahui kabar bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk kembali nge-drama. Terserah ceritanya seperti apa, gue ngikuuuut.
Mungkin dia bukan tipe yang jadi favorit semua orang. Bagaimana tidak, umurnya seperti gue, 30 tahunan menjelang senja. Lalu ISJ sepertinya kurang ekspresif, kalau bicara bibirnya tidak pernah terbuka. Kalau di Indonesia mungkin seperti Shireen Sungkar. Tapi cantik dan imuuutnya.. duh. Itulah hasil dari gaya hidup vegetarian yang istiqomah.
Terlepas dari itu, ada suatu kharisma dalam dirinya yang membuat gue suka. Tidak perlu banyak gesture atau akting menangis berlebihan, hanya dengan ekspresi tatapan mata saja sudah banyak bercerita. Ini yang dinamakan sudah banyak makan asam garam dalam dunia akting. Tapi yang gue tidak habis pikir, selama 20 tahun berkarir, dia baru main drama sebanyak… 3 kali.
Ebuset.
Picky sekali ya. Iyah, dia lebih banyak main di layar lebar. Nah, apabila aktris sudah masuk chungmoro maka tidak perlu diragukan lagi kualitas aktingnya. Apalagi di Korea sana, berakting di film dianggap ‘lebih tinggi standar kualitasnya’ dibanding di drama.
Terakhir, gue kan suka genre noona-romance.
Ituh, genre di mana aktris wanitanya lebih tua dibanding sang aktor. Nah, sudah bisa ditebak, tentu saja mba ISJ dihujat oleh para oppa-is-mine atau para shipper-nya Jang Ki Yong. Tak perlulah gue jabarkan seperti apa ujarannya, intinya ketidakrelaan mereka karena ISJ dianggap terlalu tua. Apa mereka tidak tau ya kalau mantan Gong Yoo ini adalah salah satu aktris idola JKY.
Yang pasti, semakin dihujat, semakin gue tertawa lebar membaca komen-komen kekesalan para netizen +62 di lapak IG Jang Ki Yong.

Jang Ki Yong sebagai Park Morgan.
I don’t think I can fall in love with another acto–

..oh wait..
Duh, sepertinya gue kena karma. Tadinya, gue punya prinsip anti suka dengan aktor korea apabila dia belum 30 tahun. Namun pedoman hidup ini tidak berlaku begitu melihat dedek Jang Ki Yong.
Rasanya kulangsung terkiyong-kiyong melihat dirinya.
Definisi terkiyong-kiyong menurut kamus mamah dewik adalah semacam reaksi kimia yang timbul hanya ketika melihat Jang Ki Yong ini. Apalagi di drama Go Back Couple..
Halo, second lead syndroom…



Sungguhlah Go Back Couple ituu..

Padahal awalnya, meh, apaan sik.
Entah mengapa gue masih kurang sreg dengan akting beberapa aktor muda yang berangkat dari model, apalagi Idol.
Hidih siapa gue?
Tapi Jang Ki Yong ini berbeda. Semakin gue mencari tahu tentang kepribadiannya, semakin gue terkiyong-kiyong dibuatnya. Semacam kagum karena dia memang bisa akting. Genre yang diambil pun berbeda-beda. Hasilnya tidak tanggung-tanggung dia langsung memborong berbagai macam award sebagai aktor pendatang baru terbaik.
Meskipun berangkat dari model, tapi dia sangat multitalenta. Bisa nyanyi, main drum, jago rap, dan kalau sudah tertawa kok manis amaat.. Oke. Sudah fangirlingnya. Apa yang ingin gue sampaikan adalah dia adalah sosok aktor pekerja keras.
Dalam dua tahun terakhir ini rasanya dia tidak pernah istirahat. Setiap selesai project, tidak berapa lama kemudian dirinya sudah konfirm untuk mengambil peran lain *langsung ngibrit menawarkan diri sebagai tukang pijetnya*.
Karena gue mengikuti berita perkembangan proses casting drama ini, maka gue sangat berharap model 28 tahun ini konfirm bepasangan dengan ISJ. Tapi belum juga ada konfirmasi tiba-tiba dia sudah syuting drama Kill It.
Panik. Loh. Loh, mas loh.
Waduh gimana dong nasib coupleku? Ternyata JKY mengambil dua-duanya. Jadi di tengah drama actionnya yang hampir selesai proses syutingnya, dia sudah melakukan pembacaan naskah pertama dan syuting Search:WWW. Whoaaaaa..

Nah yang membedakan dari peran-peran sebelumnya, di sini karakternya lebih light. Sepertinya satu-satunya karakter JKY yang paling ‘happy’.
Lalu, ketika Bae Ta Mi dan Park Morgan bertemu, kebahagiaan gue pun dimulai dari situ.


Aduh kisah mereka berdua ini love sekaliii.
Karakter di drama pun digambarkan terpaut usia 10 tahun, sesuai realita mereka. Konfliknya lebih mature. Daripada sekedar awalnya saling benci-kemudian suka-lalu putus-dan kembali bersama, di sini kita bisa melihat Park Morgan yang terkiyong-kiyong (((terkiyong-kiyong again?))) mengejar Bae Tami.
Permasalahan mereka pun, menurut gue, sangat realistis. Apakah cinta itu harus diikat dalam sebuah ikatan formal? Di sini Morgan ingin menikah sementara Tammy tidak. Menurut gue, apa yang menjadi kekhawatiran Tammy adalah hal yang masuk akal. Hal-hal semacam itu yang menjadi pertimbangan wanita dewasa. Bukan wanita yang masih insekiyur dengan pertanyaan basa-basi “Kapan menikah? Percuma karir tinggi kalau tidak berkeluarga”. Untung mba Tammy tidak tinggal di Indonesia ya.
Walaupun tetep ada yang membuat gue gemas.
Yunau, gue akui sinematografinya cantik. Tapi aduuh adegan mereka nih ya, banyak banget euy, berdiri saling berhadap-hadapan dengan jarak 2-3 meter.


Gue tetap suka sih.
Tapi ya mosok berdiri terus layaknya komandan upacara mau memberi laporan. Sambil apa kek, ngupil kek, menyibakkan rambut kek, nepok nyamuk kek, jadi SJW di twitter kek. Apa gitu kek. Rasanya gue ingin rekues ke sutradara untuk menambahkan adegan Morgan menyibak poninya, Tammy menggerai rambutnya lalu menelusuri rahang Morgan kemudian dilanjutkan ke adegan yang ena-ena.. Eh? Loh.
Permasalahannya intonasi suara mereka terdengar seksi dan lembut. Memangnya kalau ngobrol seperti itu akan terdengar dari jarak ratusan tahun cahaya-nya mikroorganisme?
Kalau gue bakalan.. “HAAH? NGOMONG APAAAN? KAGAK DENGER.. CONGEK INI CONGEEK..”
Tapi karena ini Park Morgan dan Bae Tami, ya gue maafkan. *kecup Jang Ki Yong lagi*.
Meski begitu, dialog-dialognya jenius.
Gaya flirting Morgan aduuuh… gombal tapi tidak bikin jijay. Sepertinya sang writer banyak belajar dari KES bagaimana membuat saling lempar dialog yang cepat dan cerdas. Kalau mereka sedang berantem, gue tidak bisa memihak salah satu, karena pendapat yang mereka sampaikan sama-sama masuk akal.



Endingnya.

Drama ini memiliki open ending paling memuaskan yang pernah gue lihat. Bagus. Bagus karena tidak maksa untuk harus happy ending. Semua terasa masuk akal. Tidak harus semua masalah ada jawaban pada saat itu juga. Kadang yang benar belum tentu benar pada saat ini.
Untuk pertama kalinya gue plong dengan penutup kisah masing-masing. Tanpa menyisakan pertanyaaan, mengapa begini mengapa begitu? Kok dia bisa begini, kok dia jadi begitu?
Hati gue pun terasa hangat melihat adegan di bawah ini walaupun tanpa adanya kissing scene muter-muter ala helikopter.

Demikian review abal-abal mamah Dewik.
Bisa gue bilang ini adalah salah satu drama terbaik 2019. Apakah drama ini layak ditonton? Iya. Dan apakah akan gue tonton ulang.
Oh tentu syudaaahh..