Foto di pernikahan tetangga..

Salah satu hal yang tidak begitu gw sukai dari mewakili kehadiran Ibuk di resepsi pernikahan tetangga adalah yang lebih sering akrab-ikrib-ukrub biasanya sesama Ibu2 di komplek yang notabene tergabung dlm Perkumpulan Arisan RT, Perkumpulan Ibu2 Pengajian, Perkumpulan Ibu2 Kumpul-Pagi2-di-Tukang-Sayur-yg-Mangkal-di-pengkolan-atas, Perkumpulan Ibu2 Senam-Poco2-tiap-Minggu-Pagi, Ibu2 Gerombolan si Berat (maafkan aku tante2, tp memang tante2 berbadan berat2 )…

Jadinya gw merasa, garing banget deh kalo ikutan join didalamnya,,

 
Tibalah hari Resepsi Itu…
Aaaoouurrrgggghhh (kok jadinya mengaum?)…Rasanya aku malas sekaliiii, ada beberapa fakta yang terjadi di hari minggu siang itu yang seakan mendukung gw untuk tidak beranjak ke tempat resepsi tetangga gw,,
  • Hari itu minggu jam 11-13 siang, aku sangat mengantuk,,
  • Hujan sedang deras bgt (semakin ingin  merapatkan selimut),,
  • Hubby gw sedang ada acara di luar..sudah minta ijin untuk gak bisa nemenin
  • Aku harus pergi ke resepsi itu – sendirian – hujan deras pula..
Setelah gw bandingin daftar datang-atau-nggak-datang-ya? ternyata masih panjangan list dimana gw (diwajibkan secara moral) untuk harus datang..
Karena malasnya itu, gw berencana untuk secepat mungkin masuk dan keluar dari resepsi itu ,,, sptnya rencana yg mudah …
Di Lobby Gedung,,
15 menit sebelum acara berakhir, hujan masih deras ketika gw (yg dianterin cuma sampai lobby) menerjang hujan dan badai untuk sampai ke tempat resepsi..
Hampir semua kegiatan yg ada di depan gw adalah tamu2 yg berdiri di lobby, para teman2 si pengantin saling reuni….para Ibu2 dan Bapak2 tampak sedang menanti mobil jemputan datang, atau paling tidak mereka sedang menanti hujan berhenti..dan sepertinya tamu yang datang tidaklah banyak…kecuali seseorang yg berpuyuh-puyuh utk masuk ke lobby ,,, tepatnya itu gw.
,,, Angin bertiup kencang,,, Rambutku berkibar sudah mirip seperti singa,,,
,,, Hujan turun dengan butiran gedhe-gedhe tapi tidak tegak lurus kebawah, melainkan 60 derajat ke samping, dan sukses menerpa gw,,
Gw turun di lobby, dan berusaha seanggun mungkin (yg sptnya gagal utk mjd anggun) melindungi rok gw yg bisa2nya berkibar dengan kencang karena ulah si angin, Khayalan gw sebentar lagi bakalan akan terjadi adegan Marlyn Monroe yg sedang berpose terkesiap gaunnya..(haaayaaaah,,,nggak mungkin banget!!)

Di dalam gedung,,

Menulis buku tamu, memasukkan angpao dan melewati serta memberikan senyuman-terpaksa-diramahkan ke arah para among tamu yg notabene adalah tetangga gw sudah berhasil gw lalui dengan sukses,,


Sampai di dalam barisan antrian,,,

Si pengantin sudah sampai pada sesi foto2…gw sudah menemukan wajah2 tak asing dari para tetangga2 gw yang salah limanya (lima orang soalnya, bukan satu orang) adalah gang Tante Gerombolan si Berat (sekali lagi maafkan aku tante2, tapi memang begitulah berat adanya)..termasuk di dalamnya Tante Hasibuan, Tante Situmeang (ttg dirinya, ada disini), BU RT, BU Cipto tetangga depan rumah..dan beberapa nama yang tidak gw perhatiin..
damn, inginnya sih pura2 tidak melihat dan segera berlalu, apa daya gw masih berdiri mengantri di dekat mereka dan nggak bisa untuk pura2 tidak melihat ( secara mereka besar2 juga sih),, 
Di saat gw masih sibuk dengan khayalan gw memikirkan gimana caranya utk menghindar,,,
Tante Hasibuan  : ” Ehh…Dewi..Engkau ada disini, Mama kau Orang ada dimana?” (suara berat-bass-full-of-serak2 basah, dan logat khas salah satu suku di Sumatra Utara)
Tante Situmeang   : ” Dewii, sendirian aja..Otto manaaa? gimana kabarnya Ibuu? (masih dengan logat Batak-nya, namun dengan perpaduan suara yg nyaris sengau dan sedikit cempreng*
Gw                          : ” Eeeeh iyaa…ya Oloooh, Tante2 ada disini yaaa…gak sengaja ketemu ya hihihi,,,, Ibu lagi naik haji Tante..jadi gak bisa datang…
(Tante2 gak liat gw cengklungen sendirian disini?..gimana sih Tante niiih…*siigh, seandainya bs mengatakan itu karena sesungguhnya jawaban yg terakhir ini hanya mengendap di kepala*)
Tetangga lain 1    : ” Ooooh, ini yang kemarin nikah yaaa…? Sudah hamil belum..?”
Tante lain 2       : ” Eh iya….kau sudah hamil dewi…” (tidak banyak berkata, hanya tatapan terfokus ke perut gw … ugh)
Tante Lain 3          : “….” (Ikut nimbrung, bersedekap, diam saja, hanya menatap dari ujung rambut ke ujung kaki..sptnya sedang membandingkan gw dengan masa waktu dia msh muda)
Gw (berperan sebagai anak tetangga yg baik hati) : ” Belum tante, Saya pikir kemarin isi, gak taunya masih nasi..” (menatap menerawang keluar, tdk menyangka mengeluarkan jawaban cerdas dan berirama pantun pula…*bleeeeehhhhh*)
Akhirnya terpampang gambaran adegan film bisu hitam-putih yg tampi di layar kaca bluthek segerombolan Ibu2 bertubuh subur yang mengerubungi gw … (dengan volume suara maksimal berusaha mengalahkan suara petir) ,, Dimana gw yang berharap inginnya tampil sbg Humas Nyokap yang paling oke, tapi yg sayangnya lebih mirip  penampakan seorang menantu habis ketauan ngutil,,
………………………………………………………………………………………………………………………..
Di atas Panggung Pelaminan,,
 
Setelah melalui fase basa-basi (yg gw rasakan seabad lamanya) akhirnya sesi foto berakhir.. dan tibalah kami, orang2 yg seperti sedang antri utk mendapat tiket nonton layar tancap, maju perlahan2 utk bersalaman dengan si empunya hajat …Sepertinya saat itu, kita adalah rombongan terakhir..karena di belakang gw sudah tidak ada orang lagi,,
Gw sudah bersalaman dengan si Tante Empunya Hajat.. mengucapkan selamat, menyampaikan salam dan mewakilkan kehadiran Ibu di resepsinya …

 

YYaaaahhhh ternyata rombongan keluarga besar di depan gw mengantri tadi malah mau foto dan berjejer di sebelah pengantin, dan tak kuduga… si fotographernya memanggil gw untuk segera berdiri di paling ujung kanan rombongan ini ….hidiiiiih emangnya gw siapa?
Dengan isyarat yg paling halus, gw bilang ke si potographer sekaligus memberikan senyuman termanis ,, bahwa gw tidak termasuk di rombongan..
 
Si fotografer pura2 bego yg kemudian memberi tatapan “Ya ilaaah, bilang dari tadi kek… kalo bukan rombongan turun dari panggung duoooong ,, gw udah pegel nih…”
Gw pun membalasnya dgn tatapan ” Saaabaaar naapa Mang, gw mau salaman dulu ama pengantennya…”
 
Phiuuuwww…akhirnya ketemuan juga sama si pengantin, salaman lalu mendoakan mereka..tugas selesai..
 
Tinggal yg terakhir, yaitu menyalami si Pasangan Besan diantara barisan Orang2 ini..
Eh, tapi si Pasangan ‘Besan’-nya ada dimana? 
 
Gw mulai panik,,
Masih diantara kepanikan gw,,,
 
Rombongan tadi sudah berpose semanis mungkin siap difoto untuk dapat masuk ke album pernikahan si pengantin…Mereka bergantian berkali-kali melirik gw seakan gw adalah kutil yg udah gatel banget siap dicabut … tapi gw sebagai kutil-nya yg baik hati masih saja diatas panggung bolak-balik, tengok kanan kiri, melihat dengan buru2, panik dan bingung mencari dimana si Pasangan ‘Besan’..
 
Akhirnya aku menemukan si Bapak ‘Besan’ Berbaju-Beskap-Jawa-Hitam lengkap diantara para wanita ini…
Itu si Bapak ‘Besan’, aku tidak akan menyalami satu persatu para orang2 yang mau berfoto ini…iiih enak aja, gengsi dikit dong ,,, siapa dia pake gw salamin? dan tepatnya siapa gw?…
 
Kuhampiri si Bapak ‘Besan’ Berbaju-Beskap-Jawa-Hitam…kuucapkan selamat…kuberi senyuman terbaik.. mengatakan bahwa pesta meriah dan pengantinnya cantik sekali…si Bapak ‘Besan’ Berbaju-Beskap-Jawa-Hitam-pun tersenyum ramah, mengucapkan terima kasih…
Masalahnya selanjutnya adalah tidak kutemukan Ibu pasangan yang sama warna bajunya dengan tetangga rumahku (a.ka si empunya hajat) melainkan seorang Ibu2 yang bajunya seperti baju kebaya resepsi biasa,,
“Ibu..dimana ya Pak?” (damn, kenapa pake nanya sih?)
Gw udah panas dingin di atas panggung dihadapan si pengantin yg mesam-mesem..dan di hadapan para undangan foto memperhatikan arahan pose si fotographer sambil sesekali melirik gw ..seakan berpikir “Kapan si embak ini turun dari panggung sih?”
Gw masih celingak-celinguk dan bolak-balik mondar mandir di depan panggung,,
Seakan bisa membaca kebingunganku, si Bapak ‘Besan’ Berbaju-Beskap-Jawa-Hitam ingin menolongku dengan berkata,,,
“Mbak, Bapak-Ibu Besan-nya si pengantin, itu yang berdiri paling pinggir kiri sana lho mbak..”
“….”
“…”
 
* ngeeeek ngooooook
 
” Oouwwh…uhuhuk uhuhuk hehehehhe…Iyaah, itu dia maksud saya, makasih ya Pak hihihi..”
Bergegas gw menghampiri pasangan besan tersebut, yg sedari tadi sudah berpose dan menantikan gw untuk menyalaminya…
damn…bukannya salaman sama si besan, Aku malah menyalami si tamunya yang numpang berdiri di samping pengantin utk berfoto,,
Si fotografer masih melongo ajah,,
Para tamu udangan TERUTAMA Tante2 Gerombolan si Berat, bengong mengamati gw dari bawah panggung, bingung akan apa yg telah gw lakukan di atas panggung tadi,,
Boro2 lirik kanan kiri, makanan puding dan buah2an yang lezat pun sama sekali tidak kusentuh…aku pura2 tidak lihat para tetamu, dgn hanya klenyang-klenying, Gw segera mengambil kaki seribu, pergi sejauh dan sesegera mungkin keluar dari gedung resepsi ini…
 Ugh,,, aku kesaall

Diterbitkan oleh

dewi

Traditional dancer dan Illustrator yang aselinya malas nonton drama korea, pengennya masak-cuci piring aja..

8 tanggapan untuk “Foto di pernikahan tetangga..”

Tinggalkan komentar