Hai Blog..

Siapa yang akhirnya menulis lagi setelah mendapatkan notification dari WordPress, ngacung!

Tentu saja itu gue . Kaget, aseli, usia blog wordpress-ku sudah 14 tahun. Wis tuwek ya aku 😫😫

Cerita apa ya. Maunya banyak, pasti. Update tentang kehidupan? Pandemi?

Menurut data, jumlah masyarakat Indonesia yang terkena covid termasuk varian omricon berjumlah hampir 5 juta jiwa. Dan, iya. Gue dan Aidan (serta beberapa anggota cluster keluarga gue) pun termasuk di antaranya.

Tapi Alhdulilllaaah gejala ringan tapi nyebeeeliinn..

Tapi gue tidak ingin cerita lagi tentang covid. Malas dan bosan. Hanya ingin posting foto aja tentang penghuni2 tetap isi blog ini. Yang ketika sudah benar-benar sembuh sempat melipir sebentar liburan ngademin jiwa. #halah

Lanjutkan membaca Hai Blog..

Ahjumma Rasa Budhe Akhirnya Ketemuan.

Hai Blog .. Di awal tahun 2022, gue mau update kehidupan ya.

Pandemi sudah hampir 2 tahun. Masih ingat, bagaimana kelamnya Indonesia di bulan Juni-Juli 2021 lalu 😟. Gue turut berduka cita yaa atas kehilangan hebat teman-teman saudaraku semua.

Duka ini masih terasa, meski keluarga inti gue, sedikit lebih beruntung karena Covid sialan masih belum menghampiri.

Alhamdulillah yah, fisik masih sehat. Finansial? …. Errr.. Mental? Ituu lagi..

….

Jujur, yang paling menguras emosi (selain sekolah online, tentoe sadja) adalah OMG gue butuh sosialisasi.

Bersyoookooor, budhee.

Nikmati waktu yang berkualitas dengan keluarga. Iyyyaaaaaaa, bund. Tapi, ya tidak sepanjang hari sepanjang waktu juga. Yang ada, gue lebih sering jadi babon bison ngamuk daripada bunda lelembut..

Atau.. kan sudah jamannya sosial media. Manfaatkan dong budhe..

Sudah pasti, itu mah gue juga bisa..

.. bisa lama-lama gila, maksudnya.

Capek loh, dengan banyaknya informasi satu arah yang sangat cepat dan bertubi-tubi. Lalu tiba-tiba waktu berlalu hanya sekedipan mata. Overstimulus. Iya, nggak sih?

Kemudian gue melihat postingan ini.

Ngacung.

Gue kesepian.

Gue rindu berinteraksi secara fisik dan emosional dengan orang lain. Jadi sekarang, siapa aja deh, selama dia bisa dan mau ketemu dengan gue, Insya Allah selalu gue sanggupi.

Begitu pula dengan sobat-sobat blogger. Sudah tidak terhitung berapa panjang chat2 kita. Sudah vaksin, liburan juga tiba. Gue menawarkan diri ke Joice dan Dilla. KETEMUAAN YUUK!

Iya loh. Terakhir ketemu 2017.. Astagaaah.. bahkan angka terdepan di usia gue saja sudah berubah.

Mau posting throwback foto aja sadar diri.. Sudah beda sekali dengan sekarang. Mau sampai kapan? Jangan sampai gue berubah jadi wanita jelita doong. Jelang lima puluh tahun, maksudanya. Tuluooong..

Akhirnya dari diskusi yang tidak alot, kita berencana ketemu pada akhir Desember 2021 di Plaza Indonesia. Oke.

Beberapa hari sebelum ketemuan. Dunia begitu tenang. Rasanya ada yang aneh. Kalau terlalu lancar begini biasanya akan terjadi sesuatu.

Benar saja, ternyata bertepatan ada acara keluarga di rumah Mertua. Aaak. Lupitaa Lopeez.

Gue hapal dengan pola ini. Karena di circle pertemanan manapun, masalah yang dihadapi selalu sama. Menjelang hari H, semua rencana ketemuan biasanya akan berakhir sebagaiii…

Tapi kali ini jangan dong. Pleaase..

Apalagi gue dikabari Joice, bahwa Ira kebetulan sedang liburan di Jakarta. Ihh asyiik… Masak gue yang mengusulkan ketemuan, gue pula yang berhalangan hadir.

Berpikir tidak keras-keras amat.

Eh, sepertinya gue tetap bisa deh. Meskipun pasti terlambat. Semoga saja kutidak jadi bocah SMP. Sampai, Mamenit Pulang.

Kan syediih..

Begitulah, di minggu siang yang cerah, secerah masa depan Raffatar, gue pamit ke keluarga. Kebetulan acara telah selesai. Padahal gue sudah siap mental jika mendapatkan tatapan..

..janjian di hari kumpul keluarga?

Untungnya tidak ada. Padahal kalaupun iya, gue pun khatam merapel mantra. Sambel balado kebanyakan tomat. Bodo amat.

***

Tiba di Plaza Indonesia. .

Masuk ke PI.. waaa. Mall-nya ramaiiii. Tampak butik-butik high end brand sedang mengadakan end year sale. Antriannya?

Wow.

Beda tipis dengan antrian busway. Perbedaannya, mungkin dalam hati, mereka yang sedang antri Channel, LV, Dior ini sedang bergumam….

Gue? Tentu saja kujadi tergoda ikut masuk barisan. Baris doaaang.. Karena maunya ngantri Fendi, padaya baru bisa ngantri kamar mandi 😌😌.

Becandaa

Eniwei, setelah nyasar sana-sini, not-so-long-story-short akhirnya kita bertemu.

Ira-Dilla-Dewi-Joice

Aaaaaah senaaaang-senaaang.

Kami memang sebahagia itu, yeorobun

***

Ngobrolin apa sih?

With Ira. Pemilik blog Coklatdanhujan.

Ira? Si gadis manis dari Bandung ini anaknya serame di obrolan online kita. Gue tau, gue bakalan bisa nyaman ngobrol dengan dia, bahkan dari sebelum kita berjumpa.

Satu hal yang gue ingat, ketika di MRT, di sela-sela tatapan mamang satpam, dia memberi komentar kurang lebih seperti ini..

“Mba Dewi seneng deeh.. Sering nari gitu dapat support dari suami.”

“Eh, Seharusnya begitu bukan?”.

Iya juga ya, harus bersyukur. Sepertinya harus gue tulis dan tempel di dinding.

Biasa, jadi reminder kalau gue berubah jadi tiger wife dan siap-siap kalau mau mbengok ke suamik…

“DRAKOORR TEROOSSSS!!” 🤬

***

The one and only Dilla. Neng Mumun.

Setelah sekian lama tidak bertemu, gue harus tulis komentar Dilla yang membuat Gue njondhil sampai Bima Sakti, lupa balik lagi🤭🤭

“Mbaaak Dewiii. Mbak Dewi kok sekarang jadi mirip Kristen Stewart..”

MUEHAHAHAHAHHAHAHHAHA

Me. Channeling Bella Cullen dengan kearifan Cinere Alias Bella Sungkawa.
Yeorobun be like.. Mbok nyebut, budhee..
Kstew be like. My eyeess 😭

Tapi ingat, kembali ke pedoman menulis. Blog itu sejatinya dibuat sebagai catatan harian untuk bahan hiburan di hari tua 😌😌.

Maka flexing seperti ini nih yang perlu gue tulis. Bahwa pada tahun 2021, ada satu masa di mana Dilla alias Rihanna jalur syariah dapat wangsit lihat ada Budhe2 kurang piknik jadi mirip Kstew.. #pembacamuntah😝😝

Anyway, tidak perlu panjang lebar, tentang Dilla sudah sering gue cerita di sini. Dia sudah jadi sobat sejak berbagi kubikel di kantor 10 tahun lalu.

Maygaaat 1 dekade 😱😱.

Kita nostalgia ketika kita jadi kolega kantor. Dilla yang shock pertama kali jadi anak baru, menjumpai kubikel pojokan kantor penuh dengan poster Twilight 🤣🤣🤣.

Lalu kita yang bahagia mengetahui teman sebelah ternyata sama-sama seorang blogger.

Ingat suasana kantor sedang santai tapi dari kubikel sebelah terdengar suara ketikan sibuk di keyboard.

Ini pasti sedang nge-blog.

Ngintip. “Whaaayoooloooo…. nulis apaaan?”.

Mbikikikikikik, cekikikan lagi. Tak lupa saling laporan sudah posting lalu meluncur ke lapak masing-masing. Maklum lapak Komen seringnya kering kerontang, sistur..

Ah.. that good old days 😚😚.

***

Dengan Joice sedang cosplay jadi #streerwomanfighter cabang lokal a.k.a Street Budhe2 Fighter 😝😝

Joice… Dengannya, semuaaa-muaaaa sudah diobrolin.. Sejak gosip Korea sampai gosip selebgram lokal tanpa talent.

Gue selalu kagum dengan energi Ibu satu ini. Terutama istiqomah dengan review drama koreanya. Jujur, ketika semua mulai keranjingan drakor, gue masih suka, tapi tidak semenggebu-gebu dulu.

Wis tuweeeek 😩😩. Sepertinya tugas sebagai kdrama bangkotan sudah selesai.. .

Ketika dulu Korea masih dipandang sebelah mata, rasanya ingin menebar racun Halunesia ke mana-mana.

Sejatinya, sejak 20 tahun yang lalu kualitas film dan drama korea itu memang sudah berada di level yang berbeda. Jadi bukan saat ini “Kok sekarang Korea jadi bagus?”. Kurang tepat, tapi lebih karena semua akhirnya menyadari keberadaan dunia dalam drama korea.

Jadi kusalut dengan Joice chingu dengan kekonsistenannya menonton dan mereview drakor beserta info trivia di baliknya. Suhu kesayangan pokoknya.

Cupcake Joice nan moist endes edelia ..😌

***

Gosip. Iya dong, yamosok kita membahas perbedaan tanaman monokotil dan dikotil. Tapi tetap membahas artist Korea. Sekalian Dilla menimba ilmu sebelum menyelami gogon yang lebih dalam. Tentang Kim Go Eun dan mantan-mantannya, siapa jadian dengan siapa, Yoo Ah In pelan-pelan coming out, Big Bang yang tak kunjung ada hilal comeback-nya..

Terutama apalagi kalau bukan gosip underground perceraian Song Song Couple. Dulu, rasanya gue ingin menulis panjaaaaang lebar tentang hal ini. Tapi kok energiku dah cape yaa.. Jadi saat itu gue memang berjanji kalau ketemuan dengan Joice akan cerita.

Lalu waktu berlalu.

Lalu lupa.

Ketika Joice menceritakan informasi yang kurang lebih sama. Sedang heboh-hebohnya, refleks kami berdua langsung menoleh ke Dila. Menyadari tidak ingin membuat sedih hati seorang fans.

“Eh Dil.. tapi kamu suka Vicenzo? Maaaf yaa..”

“Nggak mbak, biasa aja kok. Aku tuh suka ceweknya.”

0,1 detik berlalu

Joice lanjut sibuk ngecipris dan gue pun hanya manggut-manggut, nunjuk-junjuk, sambil..

***

Demikian minggu sore hangat kami.

Tanpa direncana, kita saling bertukar buah tangan untuk masing-masing. Joice dengan cupcake favoriit yang tiap dia buka PO, gue selalu nangis di ongkir. Dilla dan banana cake forever kesukaan gue. Banana cake yang resepnya gue contek plek-ketiplek karena benar-benar enaaaak.

Terima kasih ya teman-teman tersayang. Hatiku hangaat dan tangki kebahagiaanku full. Semoga kita selalu sehat dan bahagia yaa. Lakukan apapun yang membuatmu senang, tenang dan berkesadaran diri 😍😍

Sepertinya tulisan ini gue selesaikan sampai di sini ya Sudah terlalu panjang. Kalau kata bang Hotman, saat ini diriku..

***

Berikut sedikit keriaan foto-foto sore lalu ya. Tentu saja dokumentasi dari kita bertiga.

4 wanita dengan pikiran masing-masing 😝😝

Okaaai yeorobun.

Postingan ini gue selesaikan di sini yaa. Sampai jumpa di cerita kehidupan lainnya. Di sini sudah lewat tengah malam. Lalu kuingat…

Kembali bersama Backstreet Boys.

Hai blog.

Di masa pandemi nan menyedihkan ini gue berniat untuk kembali blogging. Dimulai dengan menyelesaikan draft tulisan yang sudah mangkrak hampir dua tahun. Tentunya masih tentang hal yang menghibur gue, fangirling. Dan kali ini gue ingin bercerita tentang salah satu grup musik favorit gue, Backstreet Boys. .

Mari kita kembali ke pertengahan tahun 90-an.

Jaman duluu, ketika gue masih jadi anak remaja daerah, seperti remaja pada umumnya, gue juga kepengen gaul. Konon katanya tanda gaul itu kalau sering baca majalah remaja ibukota. Tapi seperti biasa di mana ada niat, di situ pasti ada kata-kata mutiara yang tidak memotivasi. Salah satunya “Selera terbentur salary (orang tua)” #halaah.

Lanjutkan membaca Kembali bersama Backstreet Boys.

Menghela Nafas..


Bukan, bukan karena begitu lamanya blog ini menganggur. Kalau itu sudah pasti.

Tahun 2020 ini, hhhh… entahlah, terlalu banyak yang ingin diceritakan, tapi terlalu lama menunda-nunda untuk mencurahkan dalam bentuk tulisan. Hanya sekedar berkonsetrasi untuk membiarkan jari dan pikiran ini mengalir saja, ku(beralasan) tidak punya waktu.

Sampai pada suatu waktu, ketika gue sudah tidak bisa membedakan antara hari libur maupun tidak, saking selama hampir tiga bulan ini gue tidak keluar pagar ~~ OMG, mau gila rasanya~~, gue mendapatkan DM dari beberapa teman baru di Instagram.

Ia adalah satu dari beberapa insan manusia yang selama pandemi Covid19 ini mendapatkan hidayah menjadi fans baru drakor.

Oiya, bicara tentang drakor, iya loh, banyak yang tiba-tiba jadi penggemar drakor yah. Di lingkungan gue ada suamik, yang rasanya list tontonan drakor doi sudah lebih banyak daripada gue, maygaatt Papiihh… Belum lagi sahabat-sahabat yang dulunya antipati, kemudian ipar-ipar gue yang dahulu kurang informasi, akhirnya menikmati drama korea. Dengan drama perdana, tak lain tak bukan adalah Descendant of The Sun. MUEAHAHAHAHA.

Memang semua akan nge-drakor pada waktunya.

Sudah cukup bertahun-tahun gue fangirling (heboh) sendirian, seakan-akan menjadi alien di dunia nyata. Sekarang, ketika gue sudah biasa-biasa saja, barulah pada akhirnya kerabat di sekitar gue melakukan pengakuan dosa.. eh.. pengakuan minat akan drakor.

Kembali ke teman baru yang mengirimi pesan di DM.

Rata-rata pesan yang gue terima adalah bagaimana mereka terjerat demam drakor setelah menamatkan DoTS. Banyak dari mereka yang menjadi fans Song Hye Kyo dan Song Jong Ki. Tapi khusus beliau, dengan antusiasnya, menceritakan ulang apa saja yang telah ia baca di blog gue. Yang aselik, gue saja lupa pernah menuliskan apa.

Lalu, gue buka kembali blog gue sendiri.

Tanpa sadar, gue buka-buka kembali postingan-postingan luaaaamak yang pernah gue tulis. Begadang gue cekikikan sendiri membaca bagaiamana kehebohan gue sebagai fangirl, maupun cerita-cerita jadul tentang betapa receh dan absurdnya kisah hidupku dan keluargaku.

Bukan. Gue sedang tidak berusaha merendah untuk membangsat yaa..

Tapi, membaca cerita lama, seketika gue flash back ke satu dekade belakangan ini, masa di mana gue rajin posting blog satu bulan sekali. Seakan membuka kembali kenangan-kenangan lama yang terjadi dalam kehidupan usia 20-an dan awal 30-tahunanku.

Gue bisa tertawa membaca ceritaku sendiri. Ini apaaan sih yang ada di pikiran gue, kok bisa menulis kalimat-kalimat dan cerita seperti itu?

Padahal gue tahu, buaaaaaaanyaaaaaaaaaaak sekali peristiwa yang terjadi pada saat itu. Tahun-tahun itu rasanya seperti the lowest level of my life.

Jika gue mengingat kembali, rasanya, seharusnya sih lebih banyak cerita sedih yang gue alami.

Seperti ketika gue memutuskan berhenti bekerja kantoran dan menjadi Ibu rumah tangga. Sesuatu yang tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benak ambisius dan jiwa kompetitif gue. Bertahun-tahun gue merasa bersalah karena menjadi pribadi yang “tidak berguna”.

Selain tidak memiliki penghasilan sendiri, kemudian finansial problem yang OMG rasanyaaaaaah.. Di tahun-tahun itulah partnership gue dan suamik dalam pernikahan serta menghadapi dunia, diuji.

Kemudian, ada masa gue yang minder untuk ketemu teman lama yang sudah sesuai jalur standar sukses orang Indonesia pada umumnya. Bayangkan, ketemuan dengan kolega-kolega terdahulu, mereka memanggil satu sama lain dengan panggilan “Bu Manager.. Ah, elo kan Bu Manager.” Saat itu, apa yang kurasakan? Menelan ludah dengan pahit sambil memeluk Aidan. Padahal mah, semua orang kan sudah ada di jalurnya sendiri-sendiri. Dan kalau dipikir-pikir sekarang, hidih apaan sik? Cringe abis lo pada..

Belum lagi tentang parenting, rasanya gue selalu menyesal telah menjadi jadi orang tua yang tidak baik ketika mendapati fakta bahwa anak gue memiliki keterlambatan motorik dan sensori. Ditambah konflik dengan Ibuk dan saudara kandung.. haduuh keluargaku gini amat sih. Pada saat itu mungkin situasi yang paling tepat menggambarkan gue adalah senggol langsung mewek.

HHHH…

Tahun-tahun berlalu.

Dan di sini, gue sedang tersenyum melihat kembali kehidupan gue terdahulu, rasanya gue cukup salut tidak ada satupun permasalah hidup gue yang gue curahkan di diary online ini. Bukan karena ingin menutupi. Masih ingat kan akan pepatah biasanya orang yang paling suka menghibur adalah orang yang paling sedih di kehidupan aselinya. Kurang lebih seperti itu.

Apakah gue begitu? Entahlah, gue bukan ahlinya. Hanya saja entah mengapa, gue sendiri terhibur karena masih ada sedikit sisa humor di antara kenyataan pahit yang gue jalani sehari-hari. Rasanya gue cukup bangga akan diri gue sendiri karena bisa bertahan melaluinya sampai saat ini dengan baik-baik saja.

Pada akhirnya, semua memang baik-baik saja kok. Karena pada hakikatnya, semua peristiwa, baik itu sedih maupun menyenangkan semuanya sama, hanya akan berakhir menjadi kenangan. Jadi, tinggal kita yang memilih kenangan seperti apa yang akan kita kenang. Tsaaaahh mamah dewik sudah tuwaak..

Oke, sudah jam 01.15 dini hari, gue sudahi dulu ya ocehan tidak jelas gue malam ini.

Sampai jumpa.

Secepatnya aku akan kembali. Sehat-sehat ya semuaaa..

ps: Kok gue agak siwer dengan tampilan baru wordpress yaa.. ibuk2 gaptek macam eikeh makin gak ngerti sesimpel insert image di postingan blog… huhuhuhu

Karena Harta yang Berharga adalah Foto Sekolah..

Minggu lalu bongkar-bongkar laci dokumen.

Seperti biasa, gue dan suamik nostalgia dengan rapor-rapor kami waktu sekolah.

Lalu, inilah foto-foto yang membuktikan kami berdua pernah lulus TK.

Gyhahhahahaa..

Yodalahya.. Jika dibandingkan Aidan, dengan usia yang sama, kami berdua pernah membuat pusing kedua orang tua kami dengan masalah masing-masing.

  • Gue dengan tragedi nelen uang yang mengharuskan operasi antar propinsi antar pulau.
  • Suamik dengan tragedi nelen kelerengnya.
  • Suamik dengan sakit tipes disusul Lever yang mengharuskan doi ‘warming house’ RS. Harapan Kita selama 4,5 bulan lamanya..

Halahyung, mbok ya warming house itu Dufan.. Elakok malah rumah sakit.

Eh tapi beneran, untung ya kami masih diberi hidup. Itu kan masa-masa kami nyaris ‘lewat’. Hadeeh..

***

Begitulah, di hari itu kami saling mentertawakan foto masing-masing.

Suamik bilang, mata gue kayak mau mencolot.. sementara foto suamik mirip anak2 di film klasik Cina.. Ituuu, yang sering digambarkan seperti anak kelaparan korban penjajahan 🤣🤣🤣🤣

Lalu gue membuka rapor-rapor suamik.

Duileeeee, nih ya.. nilai gue yah bisa dibilang lumayan ya. Gak jelek-jelek amat. Minimal, masa keemasan gue waktu SD.

Naah suamik.. haduuh warna-warni sekaliii.. 😱😱😱. Merah dan hitam bergantian, maksudnya.

Pantesss aja suamik bilang kalau papa-mama paling jarang ambilin rapor. Secara anaknya gak pernah mau belajar dan main melulu.

Sekarang?

Ya setiap gue mulai merepet ke Aidan untuk belajar, suamik akan berada di tipe-nyantai-garis-lurus.

Demikian postingan singkat ini. Sebagai penutup gue sertakan foto Aidan. (Masih menjadi) satu-satunya anak gue yang kadang bingung, dia mirip siapa. Bapak atau ibunya?

Racun itu berjudul : Search: WWW.

Tadinya gue ingin menulis tentang perceraian Song Hye Kyo dan Song Joong Ki. Tapi karena tulisan akan menjadi topik yang ‘berat’, maka gue memutuskan untuk jadi waras terlebih dahulu. Salah satunya dengan mereview racun drama terbaru yang baru saja selesai gue tonton. Judulnya..

Search: WWW.

“OMAYGOOODD.. AJEGILEE JABANG BOKER. INI APAA-APAAAN. GILEEEE LU, SAYEKTIII..”

Nggak dheng…. Nggak selebai itu kok.

Tapi bener, aselik, gue ingin memeluk sutradara, mbak penulis, semua aktor dan aktris serta tim produksi, para brand sponsor, TvN, internet, listrik, dan semuaa..muanya seraya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya atas terciptanya drama ini. Perkecualian, nanti pelukin pemeran cowoknya lebih lama. Ahayy..

Maafkan kelebayanku yaaa..

Soalnya di sini satu-satunya tempat gue bisa menyampah norse nggak karu-karuan. Ingin rasanya berbagi kebahagiaan ini di IG atau platform lain, tapi banyak sekali mama-mama teman Aidan dan guru di sekolah yang mutualan denganku. Sebagai #sobatkurangsoleh sekaligus #sobatilmuparentingcetek kan mau nggak mau, gue harus berpikir dua kali untuk nyampah di tempat lain.

Malas aja gitu tiba-tiba ada yang komen sambil nyinyir hobi dan kebahagian orang lain. Emang ada? Adaa.. cowok pulak.

Kalau ingat, rasanya tuh ingin kubalas..

Huh. Tapi lalu kuingat petuah mbak Tammy..

Oke. Kembali ke drama ini.

Di tahun 2019 rasanya tidak banyak drama Korea yang mengena di hati. Drama terakhir yang menjadi favorit gue adalah Romance is a Bonus Book.

Setelah itu gue nonton apa ya? Kok lupa.. Tapi yang pasti gue hanya menonton drama-drama produksi TV kabel. Mungkin karena mereka sering memproduksi drama yang ceritanya tidak biasa dan lebih ‘berani’ dibanding chanel publik Korea.

Benar saja, ketika menonton drama Search: WWW sejak episode perdana hingga akhir drama ini, tidak pernah sekalipun gue bosan dibuatnya.

Begini sekilas review biasa-biasa saja ala mamah dewik.

Search: WWW is an insightful, beautiful and high quality Korean drama suitable for mature audiences. 

Atssaadaapp..

Sinopsis.

Bercerita tentang persaingan dua perusahaan portal web Korea dengan konflik 3 wanita karir sebagai fokus utamanya.

Sebuah produksi dari hasil perpaduan kerjasama yang solid antara akting aktris2 senior-nya dipadu dengan perkenalan aktor-aktor muda yang baru menancapkan poni lemparnya di blantika musik Indo.. eh salah.. drama korea, maksudnya. Oh, itu semua tidak akan terjadi tanpa adanya hasil script yang matang dan eksekusi yang ciamik dari seorang writer-nim dan sutradara yang bertalenta.

Cie. Gimana? Sudah berbunga-bunga kan bahasa gue? #pret.

Search: WWW adalah dama dengan tema paling menarik yang pernah gue tonton. Terasa fresh karena melanggar pakem yang ada pada plot drama korea.

Di bawah ini adalah beberapa faktor yang membuat gue suka drama ini.

  • Dunia Internet.

Sepertinya gue jarang melihat drama dengan latar belakang dunia IT terutama search engine. Padahal internet dan kepo di google sepertinya sudah menjadi keseharian kita. Jadi menonton permasalahan drama ini rasanya seperti apa ya.. realistis? Modern? Semacam itu.

Meski inti cerita drama ini adalah fiktif tapi menurut gue, konflik-konflik yang ditampilkan itulah yang sedang terjadi di masyarakat kita. Korea Selatan, pada khususnya.

Real time search engine, trending topic, platform pertemanan media sosial yang mulai tergeser, skandal video masa lalu Idol, manipulasi keyword, intervensi pemerintah, sampai dengan skandal artis yang digunakan untuk menutupi kasus politik.

Belum lagi profesi-profesi yang booming di era internet. Start up, Youtuber, Influencer, blogger, illustrator, hacker, gamers, sound engineer. Suatu topik yang belum pernah gue temui dalam tema office drama manapun.

  • Woman. Woman. Woman.

Sudah menjadi rahasia umum, masih ada gender gap yang besar di Korea. Hal itu secara tersirat diperjelas dengan karakter-karakter stereotype mereka di dunia drama korea. Di mana karakter female lead sering diampilkan lemah, polos, miskin tapi fashionable, selalu sial tapi semangat, dan kisah-kisah Cinderella lainnya. Tidak di dalam drama ini.

Ini tentang wanita karir.

Bagaimana mereka tampil cool dan berani.

Ada Bae Ta Mi, sang lead female. Karakternya yang judes tapi cute, ambisius, tapi ketika menjadi atasan dia sangat bijaksana. Scarlet yang tidak takut baku hantam dengan laki-laki. Song Ga Gyeong yang cool, minim emosi tapi lihai dalam berbisnis. Keren aja gitu lihatnya. Bromance? Apa itu bromance? It’s so last year yunaauuuww..

Tidak ada yang namanya cinta segitiga. Kalaupun ada orang ketiga, sang tokoh datang dari karakter yang tidak gue sangka-sangka. Smooth sekali plot twist-nya.

Di sini kita juga bisa melihat level hubungan yang berbeda dari masing-masing couple.

Couple Cha Hyeon-Seol Ji Hwan yang level kisah romancenya khas cinta pertama masa remaja yang cute, polos dan bikin ngakak.

Main couple kita, Bae Ta Mi dan Park Morgan dengan kisah romancenya lebih mature. Tarik ulur pasangan ini bikin gemas, tapi di balik itu, banyak pertimbangan kompleks dari hanya sekedar berkencan.

Kemudian pasangan Song Ga Gyong-Oh Ji Woo dengan problematika yang lebih rumit di mana perceraian adalah jalan keluar terbaik.

Senang deh lihatnya.

Oh dan peran pendukung, khususnya sang tokoh antagonis, yap, kembali kita hadirkan: Ibu mertua. Bedanya, sang artis senior selama ini dikenal dengan imagenya sebagai Ibu dan nenek yang sedih dan lemah. Di drama ini?

ya ampun ini si Nenek yang biasanya selalu bersedih. Sekarang?

Bukan berarti tidak ada sosok karakter pria ya. Apalah arti menonton drama korea tanpa adanya cowok-cowok yang menyegarkan mata.

Gue kan sedang tidak menonton acara dokumenter budidaya tanaman kumis kucing, jadi peran male lead tetap pentiiing doong. Nah, yang membedakan inti cerita bukan lagi fokus tentang kehidupan mereka. Di sini mereka adalah supportive boyfriend dengan level problematika yang berbeda-beda namun tetap romantis juga. Ih, dambaan banget dah.. di drama korea, maksudnya.

  • Script yang matang dan sinematografi yang baguusss.

Drama ini adalah debut perdana dari sang penulis. Sebelumnya ia adalah asisten Kim Eun Sook, sosok di balik drama populer seperti Goblin, DoTS, dan Mr. Sunshine.

Biasanya alur drama korea itu keren di awal tapi membosankan di tengah dan berakhir ingin banting-banting badan sendiri di akhir episode. Nah, alur drama ini tidak pernah ‘kendor’ sedikitpun. Mungkin karena drama ini adalah pilot project sang writer, maka research dan character development-nya sudah matang. Sayur kali ah, matang.

  • OTP atau On True Pairing.

Terlalu banyak drama namun terlalu sedikit waktu membuat gue harus memprioriaskan chemistry gue dengan pairing pemeran utamanya. Terutama siapa yang jadi aktrisnya..

Gue reflek bersorak horay ketika Im Soo Jung akan kembali ke drama dan Jang Ki Yong sebagai partnernya.

Melihat track record project mereka, gue merasa dua aktor ini pintar dalam memilih script. Meski secara rating tidak populer yang bombastis, tapi secara kualitas, gue tidak pernah ragu akan pilihan mereka.

Im Soo Jung sebagai Bae Ta Mi.

Mbak cantik ini terakhir main dalam drama Chicago Typewriter. Drama kesayanganku. Rasanya excited sekali mengetahui kabar bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk kembali nge-drama. Terserah ceritanya seperti apa, gue ngikuuuut.

Mungkin dia bukan tipe yang jadi favorit semua orang. Bagaimana tidak, umurnya seperti gue, 30 tahunan menjelang senja. Lalu ISJ sepertinya kurang ekspresif, kalau bicara bibirnya tidak pernah terbuka. Kalau di Indonesia mungkin seperti Shireen Sungkar. Tapi cantik dan imuuutnya.. duh. Itulah hasil dari gaya hidup vegetarian yang istiqomah.

Terlepas dari itu, ada suatu kharisma dalam dirinya yang membuat gue suka. Tidak perlu banyak gesture atau akting menangis berlebihan, hanya dengan ekspresi tatapan mata saja sudah banyak bercerita. Ini yang dinamakan sudah banyak makan asam garam dalam dunia akting. Tapi yang gue tidak habis pikir, selama 20 tahun berkarir, dia baru main drama sebanyak… 3 kali.

Ebuset.

Picky sekali ya. Iyah, dia lebih banyak main di layar lebar. Nah, apabila aktris sudah masuk chungmoro maka tidak perlu diragukan lagi kualitas aktingnya. Apalagi di Korea sana, berakting di film dianggap ‘lebih tinggi standar kualitasnya’ dibanding di drama.

Terakhir, gue kan suka genre noona-romance.

Ituh, genre di mana aktris wanitanya lebih tua dibanding sang aktor. Nah, sudah bisa ditebak, tentu saja mba ISJ dihujat oleh para oppa-is-mine atau para shipper-nya Jang Ki Yong. Tak perlulah gue jabarkan seperti apa ujarannya, intinya ketidakrelaan mereka karena ISJ dianggap terlalu tua. Apa mereka tidak tau ya kalau mantan Gong Yoo ini adalah salah satu aktris idola JKY.

Yang pasti, semakin dihujat, semakin gue tertawa lebar membaca komen-komen kekesalan para netizen +62 di lapak IG Jang Ki Yong.

Jang Ki Yong sebagai Park Morgan.

I don’t think I can fall in love with another acto–

..oh wait..

Duh, sepertinya gue kena karma. Tadinya, gue punya prinsip anti suka dengan aktor korea apabila dia belum 30 tahun. Namun pedoman hidup ini tidak berlaku begitu melihat dedek Jang Ki Yong.

Rasanya kulangsung terkiyong-kiyong melihat dirinya.

Definisi terkiyong-kiyong menurut kamus mamah dewik adalah semacam reaksi kimia yang timbul hanya ketika melihat Jang Ki Yong ini. Apalagi di drama Go Back Couple..

Halo, second lead syndroom…

Sungguhlah Go Back Couple ituu..

Padahal awalnya, meh, apaan sik.

Entah mengapa gue masih kurang sreg dengan akting beberapa aktor muda yang berangkat dari model, apalagi Idol.

Hidih siapa gue?

Tapi Jang Ki Yong ini berbeda. Semakin gue mencari tahu tentang kepribadiannya, semakin gue terkiyong-kiyong dibuatnya. Semacam kagum karena dia memang bisa akting. Genre yang diambil pun berbeda-beda. Hasilnya tidak tanggung-tanggung dia langsung memborong berbagai macam award sebagai aktor pendatang baru terbaik.

Meskipun berangkat dari model, tapi dia sangat multitalenta. Bisa nyanyi, main drum, jago rap, dan kalau sudah tertawa kok manis amaat.. Oke. Sudah fangirlingnya. Apa yang ingin gue sampaikan adalah dia adalah sosok aktor pekerja keras.

Dalam dua tahun terakhir ini rasanya dia tidak pernah istirahat. Setiap selesai project, tidak berapa lama kemudian dirinya sudah konfirm untuk mengambil peran lain *langsung ngibrit menawarkan diri sebagai tukang pijetnya*.

Karena gue mengikuti berita perkembangan proses casting drama ini, maka gue sangat berharap model 28 tahun ini konfirm bepasangan dengan ISJ. Tapi belum juga ada konfirmasi tiba-tiba dia sudah syuting drama Kill It.

Panik. Loh. Loh, mas loh.

Waduh gimana dong nasib coupleku? Ternyata JKY mengambil dua-duanya. Jadi di tengah drama actionnya yang hampir selesai proses syutingnya, dia sudah melakukan pembacaan naskah pertama dan syuting Search:WWW. Whoaaaaa..

Nah yang membedakan dari peran-peran sebelumnya, di sini karakternya lebih light. Sepertinya satu-satunya karakter JKY yang paling ‘happy’.

Lalu, ketika Bae Ta Mi dan Park Morgan bertemu, kebahagiaan gue pun dimulai dari situ.

Haee Park Morgan

Aduh kisah mereka berdua ini love sekaliii.

Karakter di drama pun digambarkan terpaut usia 10 tahun, sesuai realita mereka. Konfliknya lebih mature. Daripada sekedar awalnya saling benci-kemudian suka-lalu putus-dan kembali bersama, di sini kita bisa melihat Park Morgan yang terkiyong-kiyong (((terkiyong-kiyong again?))) mengejar Bae Tami.

Permasalahan mereka pun, menurut gue, sangat realistis. Apakah cinta itu harus diikat dalam sebuah ikatan formal? Di sini Morgan ingin menikah sementara Tammy tidak. Menurut gue, apa yang menjadi kekhawatiran Tammy adalah hal yang masuk akal. Hal-hal semacam itu yang menjadi pertimbangan wanita dewasa. Bukan wanita yang masih insekiyur dengan pertanyaan basa-basi “Kapan menikah? Percuma karir tinggi kalau tidak berkeluarga”. Untung mba Tammy tidak tinggal di Indonesia ya.

Walaupun tetep ada yang membuat gue gemas.

Yunau, gue akui sinematografinya cantik. Tapi aduuh adegan mereka nih ya, banyak banget euy, berdiri saling berhadap-hadapan dengan jarak 2-3 meter.

Gue tetap suka sih.

Tapi ya mosok berdiri terus layaknya komandan upacara mau memberi laporan. Sambil apa kek, ngupil kek, menyibakkan rambut kek, nepok nyamuk kek, jadi SJW di twitter kek. Apa gitu kek. Rasanya gue ingin rekues ke sutradara untuk menambahkan adegan Morgan menyibak poninya, Tammy menggerai rambutnya lalu menelusuri rahang Morgan kemudian dilanjutkan ke adegan yang ena-ena.. Eh? Loh.

Permasalahannya intonasi suara mereka terdengar seksi dan lembut. Memangnya kalau ngobrol seperti itu akan terdengar dari jarak ratusan tahun cahaya-nya mikroorganisme?

Kalau gue bakalan.. “HAAH? NGOMONG APAAAN? KAGAK DENGER.. CONGEK INI CONGEEK..”

Tapi karena ini Park Morgan dan Bae Tami, ya gue maafkan. *kecup Jang Ki Yong lagi*.

Meski begitu, dialog-dialognya jenius.

Gaya flirting Morgan aduuuh… gombal tapi tidak bikin jijay. Sepertinya sang writer banyak belajar dari KES bagaimana membuat saling lempar dialog yang cepat dan cerdas. Kalau mereka sedang berantem, gue tidak bisa memihak salah satu, karena pendapat yang mereka sampaikan sama-sama masuk akal.

Endingnya.

Drama ini memiliki open ending paling memuaskan yang pernah gue lihat. Bagus. Bagus karena tidak maksa untuk harus happy ending. Semua terasa masuk akal. Tidak harus semua masalah ada jawaban pada saat itu juga. Kadang yang benar belum tentu benar pada saat ini.

Untuk pertama kalinya gue plong dengan penutup kisah masing-masing. Tanpa menyisakan pertanyaaan, mengapa begini mengapa begitu? Kok dia bisa begini, kok dia jadi begitu?

Hati gue pun terasa hangat melihat adegan di bawah ini walaupun tanpa adanya kissing scene muter-muter ala helikopter.

Demikian review abal-abal mamah Dewik.

Bisa gue bilang ini adalah salah satu drama terbaik 2019. Apakah drama ini layak ditonton? Iya. Dan apakah akan gue tonton ulang.

Oh tentu syudaaahh..

Cerita lagi yaa…

Kulonuwun..

*mindhik-mindhik masuk ke pekarangan blog sendiri*

Anak sudah masuk sekolah artinya sudah lebih banyak waktu lebih lowong lagi. Pun gue sedang ingin lari sebentar dari kerjaan menggambar, Ohmaigood.. ternyata bisa jenuh juga ya.. jadiiii… mari kita menulis lagi.

Ada kabar apa?

Ya masih begini-begini saja. Gue masih sering ditanya kapan mau punya anak lagi. Ngek ngok.

Curahan hati tentang emak-emak *masih* beranak satu rencananya akan gue buat postingan tersendiri. Tapi masih nanti, itu aja sambil berdoa semoga kelar.

Sekarang cerita tentang mereka-mereka ini lagi saja ya.. Biar konten blogku ada isinya, mbak’ee..

  • Ini cerita Ibuk.

Ibuk lihat adek gue baru kelar potong rambut.

Ibuk          : “Naaa. Hamboook cukur. Nek ngono kan rodo dadi rupo uwong.”

.. Emang sebelumnya? Ya masih mirip orang sih, cuma rada keluar jalur sedikit..

Ibuk          : “Rambutmu dikasih jeli Nang. Biar bagusan..”

Adek gue : “Jeli?”

Adek gw bergidik ngeri.

Mungkin yang dibayangkan adalah Mini Vita Jeli. Amboooy 90-an sekali ya.

Memang Ibu masih menggunakan si Jeli untuk pengganti Gel. Kalau sekarang apa ya namanya? Masih gel kan? Manalah Ibuku tau istilah yang canggih-canggih. Baik itu hairspray, minyak tancho, Wak Doyok, Pomade atau apa lagi.. Semuanya bagi Ibuk tetaplah sebuah Jelii.

Saat itu kami sedang melihat berita uji coba MRT di channel berita.

Ibuk : “Aku belum pernah naik MRT..”

Gue   : “Sama..”

MRT baru diuji coba selama beberapa hari. Terang saja, tak satupun dari kami yang niat nyobainnya. Lagipula, wis tuwek, males umyek2-an.

Beberapa hari kemudian, Ibuk datang menghampiriku.

Ibuk  : “Ayo, naik MRT. Ibuk sudah punya kartu onani.”

Gue : *momatik* langsung ingin berlari berlindung di bawah naungan Kabah. “Kartu E-moneeey buu.. ”

Ibuk : “Apa namanya? Mani? E-mani?”

Wait.. eerrr.. anu’.. itu.. iya sih… tapi itu juga..

Aduh kuping gueee..

Yastralahyaaaa.. Sudah kenal Ibuk kan? Pasti sudah paham lah ya dengan maksud kalimat beliau kaaan? Kaaaann…

bersembunyi dari julidan netizen akan konten 18+ ini

  • Ini cerita Suamik.

Suamik ini, kalau sudah suka dan terbiasa dengan sesuatu, itu melulu yang jadi acuan. Termasuk hotel. Salah satunya hotel yang terletak di kawasan Jakarta Utara (entah mengapa, rasanya penting aja gitu untuk menuliskan tambahan info gak berfaedah ini).

Karena beberapa kali staycation di sana, membuat para staf sudah terbiasa dan familiar dengan kami.

Nah, gue? Yah sebagai mantan embak2 kantoran yang busana kantornya lebih sering casual daripada formal, ~~boro-boro seragam~~ gue sangat suka memperhatikan para staff hotel yang bekerja dengan setelan formal mereka. Apik gituh macam mas-mas chaebol di drama korea #hiyaahiyahiyaa.

Salah satunya para Front Office Attendant. Sudah pasti mereka yang menjadi perwakilan image sebuah hotel. Harus cakep, bersih, ramah, rapi, helpfull, mampu berkomunikasi dengan baik.. semacam itulah.

Nah, ada seseorang front office yang lebih menarik perhatian di antara rekan-rekan sekerjanya. Kami sudah memperhatikan cowok dengan kisaran usia 30 tahunan ini sejak beberapa tahun yang lalu.. Dibanding yang lain mas-mas ini lebih helpfull.

Dari suamik, gue tahu kalau namanya adalah Alan.

Pak Alan ini agak mirip dengan Choky Sihotang. Tapi kualitas KW super.. junior #krikkrikkrik. Cakep tapi tidak terlalu metropolis. Kebayang nggak ya? Bukan pria metropolis full gaya dengan busana serba ketat seakan-akan otot bisepnya  ingin mencelat keluar.. Ituh yang pathing mechotot. Bukan yang seperti itu. Biasa-biasa saja tapi resik aja melihatnya.

Dalam hal ini gaydar gue sepertinya angslup, karena yaa.. melihatnya seperti mas-mas hotelier profesional ~yang kebetulan cakep~ sedang menjalankan kerjaannya.

Untuk hal ini kami berdua suami sepakat muehehehhee..

Sudah beberapa bulan lamanya kami tidak menginap di hotel ini. Ketika akan cek in di lobi suamik bersirobok dengan pak Alan.

Dari kejauhan suamik memanggil dan menghampiri pak Alan ini.

Suamik : “Halo Pak Alan. Bagaimana kabarnyaa Pak?”

Alan      : “Halo pak Suamik, apa kabar? …”

bla.. bla.. blaa

Suamik dan mas cakep ini bersalaman dan berbincang2 hangat untuk beberapa saat.

Seperti biasa, pak Alan masih ganteng. Ramah dan menyenangkan ngobrol dengan suamik. Gue? Ya ngintip-ngintip bersahaja sambil mengagumi salah satu ciptaan Tuhan yang ganteng ini.

Selesai dari check in, kami mendapati Alan memberikan compliment gift yang sudah disediakan di kamar.

Gue         : “Keren ya Alan. Udah bukan di front office lagi ya.”

Suamik  : “Iya karirnya bagus dia.. Cepet jadi managernya. Tapi aku salah.”

Gue         : “Salah?”

Suamik  : “Namanya bukan Alan. Tapi Joko.”

Gue         : “JOKOOOOO? KOK DARI JOKO BISA JADI ALAAAN SI PI? Jadi selama bertahun-tahun kita manggil dia Alan, ternyata namanya Joko?”

Suamik  : “Aku juga bingung. Kok bisa dari Joko ke Alan ya?”

Gue         : “BHAHAHAHAHHAHAAA. Ya iyaaa sih, cakepnya kayak gitu emang cocoknya kalau namanya Alan.. eh Joko ini iya iya aja lagi waktu papi manggil Alan gituu?”

Suamik  : “Iyaaa.. hahahha”

Entah kuharus kasihan sama pak Alan atau sama suamiku yaaa.. Mungkin pak Al.. eh pak Joko ini juga bingung bagaiamana harus klarifikasi. Jadi nurut aja selama bertahun-tahun kalau ngobrol dipanggil Alan sama suamik.

Gue         : “Papih, aku baca berita masa Oppo memperlakukan salesnya gak wajar pi. Yang nggak menuhin target penjualan disuruh makan terasi sama jeruk nipis, PI.. Beneran di Tuban ituu..” Dengan kecepatan cahaya, bibir ini pun langsung merepet.

Suamik  : “Wah, nggak bener itu. Makanya udaah.. Kita pakai Gopay aja..”

Gue         : “Hah? Kok Gopay sih?”

Suamik   : “Laiyaaa.. Nggak bener itu. Udah nggak usah pakai Oppo. Gopay aja.”

Gue         : *ngakak njengkang sampai Jombang* “Oppo Pi.. Henpooon… Bukan OVO.”

Suamik  : “Ooooh Oppo.. Kirain Oppo..”

Mbuuuooohh maas… lidah sundah strikes back.. Rasanya kuingiinn..

Suatu hari gue membagikan thread receh yang berisi foto ini ke grup whatsApp keluarga.

Suamik  : “Itu apa maksudnya anak yang 14 tahun kuliah di UGM?”

Gue         : *menyadari terkadang selera humor suamik kadang-kadang roaming* “Oh. Halaaah itu cuma gojek tu Piii..”

Suamik  : berpikir dramatis “Haaah?! Sekarang dah lulus jadi gojek?”

Gue?       : berpikir realistis “Hah?! emang dia sekarang ditarik kerja di Gojek? Ya bagus dong..”

Suamik  : “Ck.. Emang ya anak tu jangan dipaksa. Nanti jadi bisa stres. Anak jenius aja akhirnya narik gojek?”

Gue         : zonk “Gojek apaan si pi?”

Suamik  : “La.. Tadi katanya nGgojek?”

Gue         : “Ya salam.. Ya lengkoaaasss.. Ya kunyiiiit. Gojek tu bahasa jawa. Artinya gojek tu BECANDA pi.”

Sejak awal berdirinya aplikasi Gojek gue sudah menebak pasti akan dibuat becanda-becanda karena layanan ojek online ini menerapkan kearifan lokal alias bahasa Jawa.

Yang tidak gue pikirkan, gue lupa.. suamik aslinya Sumatra. Jadi gue tidak pernah menyangka ada hari di mana gue akan menjelaskan definisi Gojek versi bahasa jawa ke orang lain.

Yaiyalaah.. kemampuan bahasa Jawa-nya terang saja masih level basic, Suketiii.. Begitu basicnya, sepertinya bahasa Jawa yang dimengerti suamik cuma “Nggeeeehh.”

Halo lagiii..

Halooo..

Apa kabar teman-teman blogger kesayangan semuaa..

Gue sedih karena akhir-akhir ini kurang memprioritaskan laman blog Jerapah Keritingku.

Alhamdulillah, kabar gue baik.. wait ada yang nanya nggak? Nggak ya.. Haha. Begitulah, gue masih begini-begini saja.. tak kunjung mirip dengan mbak Song Hye Kyo #plaak.

Hari-hari gue masih diisi dengan menyelesaikan beberapa pesanan lukisan. Suatu pekerjaan yang memang membutuhkan mood dan konsentrasi yang tinggi. Di mana lebih seringnya mood menentukan hasil. Kalau sedang tidak mood, gue selalu terlarut dengan eforia untuk melakukan apa yang menjadi kesenangan gue..

Tapi ya itu tadi, kok jadi kewalahan ya..

Rasanya terlalu banyak cerita yang ingin gue bagikan di blog, terlalu banyak drakor yang harus ditotonton, masih ada bahan-bahan makanan di kulkas yang belum dieksekusi, rendaman cucian yang harus diselesaikan.. Namun pada akhirnya seperti biasa terlalu banyak waktu yang gue habiskan di lapak sosmed.

Hidih, padahal sosmed juga nggak seberapa, apalagi masih berstatus rakyat jelata yang jarang update.. tapi kenapa kayaknya ramai dan waktu cepat berlalu ya? Lalu gue menyalahkan diri karena sibuk membaca komen para komentator dan para pembuat utas. Belum lagi grup whatssap. Niat hati hanya membuka-buka update terbaru tanpa sadar mendadak sudah hampir tengah malam.. Arrrggh.

Nihwei, itu aja sih updatenya. Gue cuma mengabarkan bahwa gue baru saja…. mengubah tampilan blog gue. Yayyy to me..

Nggak ada yang gimana juga sih, pasti juga nggak ada bedanya wong sering dilihat dari WP reader. Tapi ternyata sudah hampir 4 tahun tidak ada perubahan berarti, Yaaaah sekarang minimal agak sedikit ada spark joooy gituu waktu buka tampilan wordpress pertama kali.. jadi penyemangat gue untuk menyelesaikan draft2 tulisan yang sudah mangkrak nggak karuan.

Sudah begitu sajaaa sih.. semoga teman-teman selalu sehat semua yaa..

Sampai jumpa di postingan berikutnya ya..

Drama Korea : Menonton Encounter ituu…

… seperti ada kupu-kupu beterbangan di dalam perutku…

Beneran, tapi tunggu sebentar ya, gue mau napas dulu.. Ini habis ngos-ngosan nonton episode 10.

***

Okeh.

Jadi, sebagai posting pertama di tahun 2019, gue akan buka jurnal blog gue dengan mengulas drama artis korea kesayanganku, siapa lagi kalau bukan, Song Hye Kyo.

ENCOUNTER (BOYFRIEND)Gambar terkait

f131868052293260000(0).jpg

*** Lanjutkan membaca Drama Korea : Menonton Encounter ituu…

Karena harta yang berharga adalah keluarga..

… maka gue akan cerita tentang keluarga lagi..

Agaaaiin?

Iya. Ha.Ha.

***

Suamik

  • Queen? Siapa itu?

Jika ada pilihan, genre film musikal adalah pilihan terakhir yang akan ditonton suamik. Huhu, tapi kan, ada Bohemian Rapsody. Meski gue diam aja sudah fals, tapi kalau dengerin orang jago nyanyik tuh, aku syukaaa..

Suamik : “Aku malas nonton film nyanyi nyanyi.”
Gue : “Tapi ini Queen Pi..”
Suamik : “Aaaarrghhh. Aku nggak usah ya, kamu aja sama Aidan.”

Sayangnya Aidan memaksa kita nonton bertiga. Akhirnya sambil melangkah gontai suamik masuk ke bioskop.

.. baru 5 menit pertama.

Suamik : “Loh dek ini film tentang Freddie Mercury apa Queen sih?”
Gue : “Ya Freddie Mercury itu vokalisnya Queen, Pi.”
Suamik : “Oooo Freddie Mercury itu Queen? Kalau dia aku sukaa..”

Krysten Ritter Eye Roll GIF
yeeee….

Nih ya, kan kemampuan nyanyik gue sudah mengenaskan, mbok ya dapat jodoh minimal ada peningkatan sedikit.. Eee ini malah nasibnya lebih menderita..

Lanjutkan membaca Karena harta yang berharga adalah keluarga..